Ubaya dan LUNAS Bahas Digital Entrepreneurship 101 samueldim October 22, 2022

Ubaya dan LUNAS Bahas Digital Entrepreneurship 101

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Pada hari Sabtu, 22 Oktober 2022, Universitas Surabaya (Ubaya) bersama Lembaga UMKM Naik Kelas (LUNAS) mengadakan Digital Entrepreneurship 101: Accelerate Business Growth dengan tajuk “Pulih, Bangkit, dan Berkembang”. Acara ini dilaksanakan untuk merangkul pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar dapat berkembang lebih baik lagi. Fianda Julyantoro selaku Digital Marketing Expert bersama Dr. Kukuh Lukiyanto, S.T., M.M., M.T., IPM., selaku Dosen Binus University dan Praktisi entrepreneur hadir sebagai pembicara pada acara ini. Dilaksanakan secara luring dan daring di Aula Gedung PF lantai 6, Kampus II Ubaya serta Zoom, setidaknya terdapat ratusan partisipan dari kalangan mahasiswa Ubaya dan pelaku UMKM Surabaya.

Membuka sesi pertama, Kukuh memaparkan materinya terkait dengan persiapan dalam membangun usaha. Mengetahui banyak dari partisipan yang merupakan pelaku UMKM dan mahasiswa perintis usaha, Kukuh menegaskan bahwa mereka harus berani gagal. “Bagi pelaku UMKM dan teman-teman mahasiswa yang ingin memiliki usaha, kita semua harus sepakat bahwa menjadi kaya bukanlah tujuan,” buka Kukuh. Membelah keingintahuan partisipan, Kukuh pun mengarahkan bahwa berbisnis atau berusaha tidak akan luput dari kegagalan, akan tetapi hal tersebut bisa diminimalisir dengan membangun Business Model Canvas (BMC). “Secara singkat dan sederhana saja, BMC adalah sebuah gambaran bisnis yang sudah atau akan dijalankan,” papar Kukuh.

BMC memiliki sembilan elemen, yaitu: customer segments, value proposition, channels, customer relation, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Kukuh menekankan bahwa semuanya memiliki peranan yang penting. “Semuanya penting dan memiliki perannya masing-masing, akan tetapi mulailah dari customer segments, dengan begitu kita mengetahui pasar yang ingin ditargetkan,” kata Kukuh. Selain mengetahui segmentasi pasar yang ditargetkan, memulai dengan customer segment membantu para pelaku dan perintis UMKM untuk berinovasi serta melakukan evaluasi struktur, produk, layanan, atau aspek lain dari usahanya.

Tidak hanya itu, Kukuh menambahkan bahwa pemanfaatan pemasaran digitalisasi tidak dapat dilakukan pada semua bentuk usaha. “Seperti pengalaman saya bereksperimen memproduksi susu kambing, dari ternak sampai menjualnya melalui berbagai macam sosial media, nihil hasilnya,” cerita Kukuh. Susu yang diproduksi justru dapat langsung Kukuh distribusikan pada pabrik pengolah susu kambing. “Hal ini bisa menjadi bukti bahwa, kadang apa yang kita rencanakan dan rancang bisa saja tidak sejalan dengan realita,” tungkas Kukuh.

Pemaparan materi oleh Kukuh mengundang banyak perhatian para partisipan untuk bertanya. Salah satu di antaranya adalah Ade, selaku pelaku UMKM asal Surabaya. Ia membagikan pengalaman pemasaran usaha yang dijalankan. “Saya bersama istri memiliki usaha jasa custom jahit, berbagai platform media sosial sudah kami coba akan tetapi pemasaran dari mulut ke mulut justru lebih efektif,” cerita Ade. Menanggapi pengalaman yang Ade ceritakan, Kukuh mengatakan, “usaha yang dimiliki Pak Ade merupakan contoh yang mengadakan produk khusus bukan massal, sehingga yang perlu dilakukan adalah mempertahankan customer yang sudah ada,” tutup Kukuh. (mon/fg2)