Menggali Lebih Dalam Potensi Minyak dan Gas di Indonesia samueldim September 20, 2022

Menggali Lebih Dalam Potensi Minyak dan Gas di Indonesia

Reportase Warta Ubaya @wartaubaya

Selasa, 20 September 2022 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS) bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) 2022 bekerja sama dengan Universitas Surabaya mengadakan kuliah umum bertajuk “Kontribusi Industri Hulu Migas Terhadap Ketahanan Energi Nasional”. Diadakannya kegiatan ini bertujuan agar partisipan memperoleh informasi seputar eksplorasi migas sumber daya alam nasional. Kuliah umum ini menghadirkan empat pemateri, yaitu Wahyu Dono Nur Amboro selaku Spesialis Pratama Dukungan Bisnis SKK Migas, Wahyu Krisdianto selaku Senior Well Intervention Engineer Pertamina EP Zona 11, Agung Yunito Yahya selaku Assistant Manager PGA Pertamina EP Cepu Zona 12, dan Hartono selaku Lead Field Relations Medco Energi. Kuliah umum ini diadakan secara hybrid di gedung perpustakaan Universitas Surabaya, sedikitnya ratusan peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam kuliah umum ini.

“Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,” buka Wahyu. Salah satu sumber daya alam adalah Indonesia tambang minyak dan gas (MIGAS). Namun, dalam pengelolaan MIGAS memerlukan biaya yang sangat mahal. “Proses untuk mendapatkan MIGAS ini melibatkan banyak pihak, membutuhkan peralatan yang mendukung dan waktu lama, serta memiliki resiko yang tinggi. Bahkan, diperlukan biaya kurang lebih 50 juta dolar Amerika Serikat untuk melakukan pengeboran,” tutur Wahyu. Selain membutuhkan biaya yang sangat mahal, pengeboran sumur MIGAS juga memiliki potensi kegagalan, seperti tidak ditemukannya sumber minyak maupun gas pada tempat tersebut.

Resiko tinggi dalam pengeboran MIGAS dan biaya yang dibutuhkan sangat banyak menjadi salah satu faktor SKK MIGAS bekerja sama dengan pihak lain. “Kami bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan luar negeri seperti Chevron, Exxon, dan Repsol,” terang Wahyu. Dalam pengelolaan kegiatan hasil hulu minyak dan gas bumi, SKK MIGAS melakukan kontrak kerja sama (KKS) bagi hasil dengan perusahaan luar negeri. “Sistem bagi hasil ini memungkinkan pemerintah Indonesia untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin,” jelasnya.

Setelah sesi materi, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya, salah satunya yaitu Wisnu Wardana. “Bagaimana caranya mengetahui potensi MIGAS ada di laut maupun di darat?”. Menjawab pertanyaan tersebut, Wahyu mengatakan bahwa untuk mengetahui lapisan digunakan metode yang mirip untuk mencari potensi MIGAS baik di laut maupun darat. “Keduanya menggunakan sumber getaran untuk mencari sumber minyak dan gas,” jelas Wahyu. Namun, sumber getarannya menggunakan bahan peledak apabila di darat dan digunakan hidrofon untuk eksplorasi laut. “Meskipun begitu, pencarian sumber minyak di darat lebih ekonomis dibandingkan eksplorasi laut,” tutup Wahyu. (sxn, cbw)