Cegah Obesitas pada Anak Sedari Dini samueldim July 29, 2022

Cegah Obesitas pada Anak Sedari Dini

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali mengadakan Webinar Seri Edukasi Masyarakat pada Selasa, 19 Juli 2022. Webinar seri ke-13 dan ke-14 ini bertujuan memberikan edukasi bagi para peserta terkait obesitas pada anak, remaja, dan orang dewasa. Acara ini mengundang dua dosen Fakultas Kedokteran Ubaya sebagai narasumber, yaitu dr. Lucia Pudyastuti Retnaningtyas, Sp.A., yang membawakan topik “Anak Obeshellip; Harus Diet Juga?” dan Dr. Puri Safitri Hanum, Sp.PD., FINASIM., yang membawakan topik “Bahaya Gendutz di Usia Produktif”. Sedikitnya puluhan peserta dari kalangan Ubaya dan non Ubaya turut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom.

Mengawali materinya, dr. Lucia menyatakan bahwa angka obesitas pada anak dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Obesitas sendiri sebabkan oleh dua faktor, yaitu primer dan sekunder. “Hampir sembilan puluh persen obesitas pada anak itu disebabkan oleh faktor primer atau nutrisi, seperti asupan yang berlebih. Sementara sepuluh persen lainnya disebabkan oleh faktor sekunder,” tutur dr. Lucia. Dalam hal ini, faktor sekunder mencakup hormon, sindrom-sindrom yang dialami anak, hingga penyakit genetik.

Oleh karena itu, dr. Lucia mengajak para orang tua untuk melaksanakan prinsip diet yang seimbang pada anak. “Dikarenakan anak masih dalam tahap perkembangan, maka prinsip diet dilakukan dengan metode food rules,” ujarnya. Metode food rules ini, meliputi: pola makan yang terjadwal, lingkungan tempat makan yang netral sehingga anak tidak akan terlena untuk makan banyak, serta kalori yang sesuai kebutuhan usia anak. “Hal terpenting yakni kita perlu menumbuhkan motivasi pada anak agar mereka konsisten dalam melakukan programnya,” lanjut dr. Lucia. Selain itu, dr. Lucia turut menambahkan bahwa kita perlu membuat kesepakatan terkait target penurunan berat badan anak serta mengevaluasinya secara berkala.

Tak sampai di situ, ternyata prinsip diet yang dapat dikembangkan orang tua terhadap anak juga meliputi aktivitas fisik. “Anak masih dalam proses tumbuh kembang yang artinya mereka juga butuh aktivitas bermain. Oleh karena itu, aktivitas fisik bisa dikemas dengan hal-hal yang menyenangkan sesuai usianya,” imbuh dr. Lucia. Namun, aktivitas fisik ini melibatkan pemantauan terkait kalori yang akan dikeluarkan. Dengan begitu, aktivitas ini diharapkan bisa menurunkan nafsu makan serta meningkatkan laju metabolisme, sehingga nantinya asupan energi berkurang, sementara luaran dari energi akan bertambah.

Sesi tanya jawab menjadi sesi penutup pada kegiatan kali ini. Salah satu peserta yang bernama Cathlin mengajukan pertanyaan, “Kira-kira pada usia berapa anak boleh mengonsumsi obat diet untuk mengurangi obesitas?” Menanggapi pertanyaan tersebut, dr. Lucia mengatakan bahwa sampai saat ini, obat-obatan obesitas yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) masih untuk anak berusia di atas 12 tahun dengan indikasi sangat terbatas. “Apabila tata laksana konvensional seperti pemberian pola diet, aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku ternyata tidak berhasil, maka kita perlu mempertimbangkan pemberian obat diet pada anak,” tutup dr. Lucia pada acara kali ini.(dhi)