Mengupas Sejarah Fakultas Teknik Ubaya samueldim June 21, 2022

Mengupas Sejarah Fakultas Teknik Ubaya

Sabtu, 11 Juni 2022 Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan talkshow dengan tema “Embracing the Future with FT Ubaya”. Talkshow ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Lustrum VII atau peringatan hari jadi Fakultas Teknik Ubaya ke-35. Adapun tujuan dari talkshow ini ialah mengulik seputar sejarah Fakultas Teknik Ubaya hingga saat ini. Drs. Darmo Handoyo, Apt., selaku Dekan Pertama serta salah satu pendiri Fakultas Teknik Ubaya dan Ir. Eric Wibisono, Ph.D., IPU., selaku Dekan Fakultas Teknik Ubaya hadir sebagai narasumber pada kesempatan kali ini. Berlangsung di Grand City Mall Surabaya, acara ini dihadiri oleh sedikitnya ratusan peserta dari berbagai kalangan, baik Ubaya maupun umum.

Talkshowdiawali dengan cerita Handoyo tentang awal mula Fakultas Teknik Ubaya berdiri. “Waktu itu, Ubaya dikenal sebagai universitas yang memiliki Fakultas Farmasi, Hukum, Bisnis dan Ekonomika, serta Psikologi. Namun pihak rektorat berpikir bahwa masa depan Indonesia tidak hanya diwarnai oleh ilmu sosial, melainkan juga teknik,” cerita Handoyo. Akhirnya, Handoyo diajak oleh pihak rektorat untuk menjadi dekan pertama dan membuka Fakultas Teknik pada tahun ajaran 1986/1987. Saat itu, para dosen harus bekerja keras untuk presentasi ke Sekolah Menengah Atas (SMA) karena masih banyak masyarakat yang belum mengenal Fakultas Teknik, khususnya Industri. “Akhirnya Fakultas Teknik dibuka pada tahun 1986 dengan jumlah 125 mahasiswa dari empat jurusan,” lanjutnya.

Selain Handoyo, Eric juga membagikan perkembangan serta kontribusi Fakultas Teknik Ubaya selama 35 tahun. “Salah satu rencana kami adalah triple helix untuk membantu memberikan pendidikan bagi masyarakat Surabaya yang kurang mampu,” tutur Eric. Tak hanya itu, Eric turut memaparkan bahwa Fakultas Teknik Ubaya selalu mengikuti apa yang telah digariskan oleh pemerintah, salah satunya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “Kita sadar bahwa mahasiswa tidak bisa hanya belajar teori saja, melainkan juga harus turun ke tempat praktik,” papar Eric. Oleh karena itu, Eric menyampaikan bahwa MBKM adalah kurikulum yang sangat responsif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat.

Tak sampai di situ, Handoyo dan Eric turut mendiskusikan terkait tantangan yang dihadapi oleh Fakultas Teknik Ubaya. “Era digitalisasi saat ini tidak bisa dihindari. Oleh karenanya, fakultas maupun program studi harus berinovasi agar para lulusan tidak canggung dan mampu menghadapi permasalahan saat berkiprah di masyarakat,” ujar Handoyo. Sependapat dengan Handoyo, Eric juga menyatakan bahwa banyak keinginan untuk belajar instan pada saat ini, padahal Fakultas Teknik merancang cara belajar yang berbasis pada eksperimen. “Generasi muda perlu aware terhadap hal ini, karena jika kita hanya mencari sesuatu yang instan, maka peran kita di kemudian hari pun akan sangat minim,” tutup Eric.

Talkshowyang diadakan berhasil menarik perhatian para pengunjung. Salah satu mahasiswi Program Studi Teknik Mesin dan Manufaktur Ubaya angkatan 2020, Jesslyne Chenia Noel, memberikan kesannya setelah mengikuti acara kali ini. Menurutnya, talkshow yang dikemas dalam bentuk sharing ini sangat menarik karena banyak mengulik seputar sejarah hingga kendala yang dihadapi oleh Fakultas Teknik Ubaya selama 35 tahun. “Harapannya, Fakultas Teknik Ubaya bisa semakin berkembang agar dapat lebih banyak membantu dunia industri, khususnya di Indonesia,” ungkap Jesslyne.(dhi)