Melihat Situs Sejarah dari Gunung Penanggungan Lewat Teknologi VR samueldim June 14, 2022

Melihat Situs Sejarah dari Gunung Penanggungan Lewat Teknologi VR

Universitas Surabaya (Ubaya) baru saja meresmikan Museum Pawitra yang berlokasi di Ubaya Penanggungan Center, Ubaya Integrated Outdoor Campus, Kabupaten Mojokerto.
Museum ini menampilkan ratusan situs bersejarah yang ditemukan di puncak Gunung Penanggungan. Mulai dari Arca Dewa, keramik peralatan makan Zaman Majapahit, fragmen keramik, hingga uang kepeng.
Selain menampilkan situs bersejarah, museum ini juga difungsikan sebagai pusat informasi arkeologi dan budaya yang ada di Gunung Penanggungan mulai abad 10-16 Masehi.
Direktur Integrated Outdoor Campus (IOC) Ubaya Trawas, Prof. Ir. Joniarto Parung mengatakan, museum ini juga menjadi sarana bagi pelajar, mahasiswa, dan dosen peneliti yang ingin melakukan eksplorasi sejarah dan wisata.
‘Museum Pawitra mulai dibangun selama empat bulan. Museum Pawitra ini berbeda dengan museum pada umumnya. Dulunya merupakan galeri foto dan akhirnya direnovasi menjadi museum agar lebih hidup. Kami (Ubaya) ingin menjadikan museum ini sebagai sumber inspirasi, belajar, serta motivasi untuk cinta budaya bangsa,’ ujar Prof. Joni ketika ditemui Basra, Sabtu (4/6).
Prof. Joni menuturkan, museum ini juga dilengkapi dengan teknologi canggih virtual reality (VR). ‘Jadi para pengunjung yang datang bisa menyaksikan langsung melalui VR. Caranya cukup tinggal scan barcode yang ada di setiap situs. Nanti disana akan muncul penjelasannya secara lengkap,’ jelasnya.
Pada ruang depan Museum Pawitra terbagi menjadi empat bagian. Di disi utara, memperlihatkan penemuan artefak bukti kehidupan yang pernah terjadi di kaki Gunung Penanggungan.
Lalu, visualisasi hikayat Gunung Pawitra (nama lain Gunung Penanggungan) yang berdasar pada naskah Tantu Panggelaran tahun 1635 M dapat dilihat di sisi selatan museum.
‘Di sisi barat ada miniatur candi serta relief arca dan peninggalan-peninggalan lainnya yang ditemukan di atas gunung,’ tambahnya.
Bagian dalam museum menampilkan foto-foto situs penting yang didokumentasikan tim ekspedisi Universitas Surabaya (Ubaya) di atas Gunung Penanggungan.
‘Nah, ini menjadi keunikan Museum Pawitra. Pengunjung tidak hanya mendapat informasi sejarah, namun juga dapat menghayati nilai baik leluhur lewat refleksi kehidupan di sisi Timur,’ ucap Prof Joni.
Dengan hadirnya Museum Pawitra diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat yang ingin melestarikan kearifan lokal lewat budaya yang diwariskan leluhur.
‘Harapannya bisa menjadi tempat pelajar dan pendidik untuk belajar tentang keberagaman yang pernah terjadi pada era Kerajaan Majapahit di Gunung Penanggungan,’ pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Mojokerto, dr. Ikfina Fahmawati, M.Si berharap, adanya museum ini bisa mendorong kreativitas para pekerja seni kriya di Mojokerto untuk terus berkarya.
‘Disini adalah tempat kita mendapatkan banyak informasi terkait peninggalan zaman leluhur, terutama yang berhubungan dengan Gunung Penanggungan. Ini nanti akan jadi pusat kreativitas dan inovasi bagi para pekerja seni kriya Mojokerto, bagaimana mereka bisa kembali membangkitkan kembali peninggalan sejarah ini dalam bentuk kriya-kriya yang bisa dipakai untuk meningkatkan drajat ekonomi mereka,’ tutupnya.
Diketahui, museum yang dibuka untuk umum ini menawarkan paket-paket pendidikan karakter cinta budaya, khususnya berkaitan dengan sejarah Gunung Penanggungan, ke sekolah-sekolah.
Sumber: kumparan.com