United Festival 2022: Bersatu dalam Perbedaan samueldim May 25, 2022

United Festival 2022: Bersatu dalam Perbedaan

Kementerian Kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Surabaya (BEMUS) berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI), Unit Kegiatan Kerohanian Katolik (UKKK), Unit Kegiatan Kerohanian Protestan (UKKP), Unit Kegiatan Kerohanian Buddha (UKKB), dan Unit Kegiatan Kerohanian Hindu (UKKH) untuk mengadakan United Festival pada Jumat, 20 Mei 2022. United Festival sendiri merupakan acara keagamaan yang terdiri dari talkshow dan beberapa cabang perlombaan, yaitu: film pendek, cerita pendek, dan desain poster. Adapun tema dari United Festival 2022 ialah ‘Abhinaya Thitiksha’ yang berarti semangat toleransi. Berlangsung di Plaza Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Ubaya, acara ini dihadiri oleh sedikitnya ratusan peserta dari berbagai kalangan.

Pada kesempatan kali ini, hadir pula tiga orang narasumber yang ahli di bidangnya, antara lain: H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. selaku Gubernur Jawa Tengah, Jovial da Lopez selaku Content Creator, dan Michael Andrew selaku Aktivis Roemah Bhinneka Surabaya. Selain itu, United Festival 2022 turut menghadirkan stand up comedy dari Karim Sujatmiko yang merupakan salah satu komedian Majelis Lucu Indonesia (MLI) serta penampilan dari Eveline Restu Asmoro dan Albert Christian Meliangan.

“Kalau kita bisa merasakan sesuatu yang berbeda setiap hari, maka pada saat itulah kita akan terbiasa menerima perbedaan,” papar Ganjar. Tak lupa Ganjar menyampaikan bahwa perbedaan merupakan hal yang tidak perlu disamakan, melainkan dipersatukan. “Pelangi tidak indah jika hanya berwarna merah dan kuning. Namun, pelangi indah karena warna-warninya, dan itu adalah teman-teman mahasiswa sekalian,” sambungnya seraya tersimpul.

Sesi talkshow dengan topik “Toleransi di Media Sosial” dilanjutkan oleh Jovial yang menyatakan bahwa terdapat sifat-sifat tertentu yang tidak akan memajukan bangsa Indonesia, misalnya membaca dan menonton berita negatif. “Secara angka, berita negatif selalu lebih bagus daripada berita positif. Namun, orang-orang jarang melihat efek dari berita negatif tersebut terhadap kehidupan pembaca atau penonton,” ungkap Jovial. Melanjutkan pernyataan Jovial, Michael turut menimpali terkait penggunaan media sosial untuk generasi muda. “Maka dari itu, saya mendorong generasi muda untuk menyebarkan kebajikan, toleransi, dan hal baik lainnya dengan memanfaatkan media-media yang ada,” tutur Michael.(dhi)