Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Public Speaking samueldim April 27, 2022

Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Public Speaking

Sabtu, 16 April 2022 Kelompok Studi Mahasiswa Teknik Industri (KSM-TI) Universitas Surabaya (Ubaya) bersama dengan Kelompok Minat Mahasiswa Pengabdian Pada Masyarakat (KMM PPM) Fakultas Teknik Ubaya mengadakan sebuah acara pelatihan public speaking. Dengan tema “Build Up Your Confidence in Public Speaking”, acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kemampuan berbicara di depan banyak orang. Menghadirkan Cristy Natalia Lontoh selaku Founder Union House Indonesia sebagai pembicara, acara ini diadakan secara daring melalui Zoom dan diikuti hingga puluhan peserta.

“Terkadang, masyarakat mempunyai stigma yang salah terhadap public speaker,” ujar Cristy membuka acara. Contoh stigma tersebut adalah bahwa public speaker harus berpenampilan yang menarik dan mempunyai suara powerful serta berkarakter. “Stigma tersebut membuat orang-orang menjadi tidak percaya diri untuk menjadi seorang public speaker,” lanjut Cristy. Padahal sebenarnya, penampilan menarik dan suara powerful tidak akan mempengaruhi kemampuan seseorang sebagai public speaker. “Hal ini dikarenakan public speaking dapat dilakukan oleh semua orang asalkan ia mau mencoba dan berusaha,” tegasnya.

Walaupun public speaking dapat dilakukan oleh semua orang, Cristy mengatakan bahwa tetap dibutuhkan beberapa pengetahuan khusus. “Hal pertama yang harus diketahui adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri,” ucap Cristy. Apabila mengetahui diri sendiri, maka kita dapat mencari cara untuk menonjolkan kelebihan sehingga dapat menutupi kekurangan yang dimiliki dalam public speaking. “Poin kedua adalah mengetahui target audiens kita dalam public speaking,” lanjut Christy. Dengan mengenal audiens, kita dapat menyampaikan materi dengan lebih baik agar dapat diterima oleh penonton. “Poin terakhir yang paling penting adalah mengetahui materi yang kita bawakan,” ujarnya. Cristy berpendapat bahwa apabila mempelajari terlebih dahulu materi yang dibawakan, maka proses public speaking akan berjalan dengan lancar dan tidak terbata-bata.

Setelah penyampaian sesi materi, para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya, salah satunya adalah Sahilatul Mardliyyah. “Bagaimana cara kita meminimalisir penyampaian yang terlalu rumit hingga menyebabkan poin-poin pembicaraan tidak tersampaikan?” tanya Sahilatul. Christy menjawab bahwa cara yang paling baik adalah dengan memperhatikan kecepatan dalam berbicara. “Apabila kecepatan berbicara terlalu cepat, terkadang kita menambahkan beberapa kata yang mengakibatkan penyampaian menjadi lebih rumit daripada seharusnya,” lanjut Christy. Selain itu, Christy juga menyarankan kepada penanya untuk membiasakan diri membaca dengan lebih lambat dalam kesehariannya. “Dengan demikian, kebiasaan tersebut akan terbawa hingga pada saat kita melakukan public speaking,” pungkas Cristy.(cbw)