Sharing Alumni: Tren Membangun Startup samueldim April 20, 2022

Sharing Alumni: Tren Membangun Startup

Pada 9 April 2022 lalu, Komunitas Startup Universitas Surabaya (Ubaya) mengikuti webinar Sharing Alumni bertajuk “Let’s Talk About Startup”. Webinar tersebut diadakan oleh Ubaya InnovAction Hub (UIH) dan merupakan acara perdana yang menjadi ajang para member untuk mengenal satu sama lain. UIH sendiri memfasilitasi webinar kali ini dengan dua pembicara sukses yang juga merupakan bagian dari alumni Ubaya. Pembicara pertama adalah Rico Tedyono B.Eng., M.Sc. M.B.A., sebagai Co-Founder Chief Operating Officer (COO) dari PT. Komunal Financial Indonesia yang membahas terkait Startup Ideas 2022. Sedangkan pembicara kedua adalah Yohanes Ferdinandus Sutrisno S.M., M.M., sebagai Owner dan Pendiri dari Blessing Gold yang membagikan pengalamannya dalam merintis startup. Diikuti ratusan peserta dari berbagai instansi, acara ini berlangsung melalui aplikasi Zoom Meeting serta YouTube.

Rico membuka materinya dengan menjelaskan tren yang sesuai dengan topik bisnis di tahun 2022, yaitu Rebound and Rebalance. “Salah satu poin utama yang harus diperhatikan dalam trend tersebut adalah community insight atau wawasan komunitas, yang menitikberatkan pada komunitas sebagai referensi bisnis,” jelas Rico. Tren ini menepis keyakinan bahwa startup identik dengan menjual langsung barang atau produk, melainkan juga mempertimbangkan pengalaman sebagai salah satu nilai yang ditambahkan dalam kunci sukses usaha. “Pengalaman yang dimaksud bukan hanya user experience tapi juga ritual-ritual yang berkaitan dengan pola pikir seseorang,” tegas Rico. Jadi, bagaimana teknologi ini bisa membantu para pengguna untuk menjadi lebih rileks dan ‘kecanduan’ dalam hal yang positif, sehingga startup kita menjadi pilihan utama di hati pelanggan.

Lebih lanjut, Rico membahas ide baru startup juga dapat berkaitan dengan meaning atau purpose terutama yang bekaitan denganextending life. Ide ini mengacu padastartup yang manfaatnyatidak hanya untukdirect user tapi juga alam. “Contohnya kampanyezero waste atauless plastic, misalnya saja di pusat-pusat perbelanjaan sudah tidak disediakan kantong plastik dan lain sebagainya,” jelasnya. Hal ini dirasa Rico dapat menjadi ide bagus untuk startup, melihat tingginya minat masyarakat pada program yang ramah lingkungan. “Selain itu, kalian juga dapat menambahkan nilai-nilai tertentu, seperti inklusivitas, action for impact, uncompromised value, dan masih banyak lagi,” tutur Rico.

Materi yang sangat informatif dari Rico menarik banyak pertanyaan dari peserta, salah satunya Christyanne. “Manakah yang lebik baik untuk didahulukan antara membangun branding atau mencari target pasar saat membangun startup?” tanya Christyanne. Rico pun menjawab pertanyaan tersebut dengan menekankan pada kondisi dari startup yang dimiliki. Menurutnya, apabila modal yang dimiliki besar, maka kita dapat membangun branding terlebih dahulu. Sebaliknya, apabila modal yang dimiliki tidak terlalu pasar, sebaiknya tentukan segemntasi pasar terlebih dahulu untuk melihat apakah pasarnya fit atau tidak. “Jadi kembali lagi tidak ada yang lebih penting, tetapi menyesuaikan pada modal yang dimiliki,” tutup Rico.(pmt, et)