Kurikulum Merdeka: Upaya Meningkatkan Kualitas dan Mengikis Kesenjangan Pendidikan Indonesia samueldim April 18, 2022

Kurikulum Merdeka: Upaya Meningkatkan Kualitas dan Mengikis Kesenjangan Pendidikan Indonesia

SURABAYA ndash; Kurikulum pendidikan di Indonesia tengah dibenahi. Ada perbaikan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa di masa depan. Upaya tersebut adalah dengan merancang kurikulum merdeka. Hal ini disampaikan Anindito Aditomo, S.Psi., M.Phil., Ph.D, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ia menjadi pemateri di Seminar Nasional bertema “Mengapa Kurikulum Merdeka?” yang diadakan oleh Universitas Surabaya (Ubaya) pada Kamis (31/3/2022). Seminar diikuti oleh 300 peserta yang sebagian besar merupakan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah se-Indonesia melalui Zoom Meeting.
Urgensi pergantian kurikulum ke Kurikulum Merdeka berdasar pada beberapa permasalahan. Berdasarkan skor PISA (Programme for International Student Assessment), sekitar 70% siswa usia 15 tahun di Indonesia berada di bawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Selain itu, terdapat kesenjangan besar dalam hal kualitas belajar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.
“Pandemi memperparah isu kualitas dan kesenjangan hasil belajar. Inilah yang mendorong Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) untuk merancang kurikulum yang arahnya menguatkan kompetensi dasar untuk semua siswa, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil,” jelas Anindito.
Dosen Fakultas Psikologi Ubaya itu menyorot dua kata kunci penting; kualitas dan keadilan. Dari aspek kualitas, Kemendikbud fokus pada pengembangan karakter dan kompetensi anak-anak Indonesia. Aspek keadilan berbicara tentang pengalaman belajar berkualitas yang tersedia untuk semua anak terlepas dari latar belakang sosial-ekonomi, suku dan budaya, serta letak geografis.
Anindito juga menjelaskan kelebihan dari Kurikulum Merdeka. Pertama, materi lebih sederhana dan mendalam. Materi yang lebih sedikit menciptakan peluang pembelajaran yang lebih interaktif dan mencegah learning loss dengan efektif. Kedua, lebih relevan dan interaktif. “Jam pelajaran diambil 20-30% untuk kegiatan project-based learning. Sebenarnya ini istilah umum pada pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan aplikatif,” ujarnya. Konkretnya, anak-anak akan bekerja dalam tim untuk menjawab persoalan dan menciptakan karya.
Agar dapat diterapkan dengan maksimal, sekolah diberikan kebebasan menentukan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan konteksnya. “Kurikulum yang bagus adalah kurikulum yang sesuai dengan konteks sekolah,” imbuhnya. Informasi lebih lanjut bisa dilihat di sistem informasi kurikulum nasional https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/. Acara ditutup dengan sesi tanya jawab dan closing remarks dari Rektor Ubaya, Dr. Ir. Benny Lianto, M.M.B.A.T.
“Saya kira upaya pemerintah harus kita dukung karena dunia berubah sangat cepat. Siswa harus dipersiapkan agar bisa menghadapi perubahan tersebut. Tentu ini merupakan solusi bagus bagi pendidikan Indonesia,” pungkas Benny. (el)