Wisata Karier: Cari Tahu Prospek Kerja dalam Dunia Psikologi samueldim March 30, 2022

Wisata Karier: Cari Tahu Prospek Kerja dalam Dunia Psikologi

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) khususnya Departemen Sosial dan Pendidikan kembali menggelar acara Wisata Karier. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 12 dan 19 Maret 2022 ini mengangkat tema “Let’s Fly and Explore Your Sky”. Dilaksanakannya acara ini bertujuan agar mahasiswa memperoleh wawasan terkait prospek pekerjaan di bidang psikologi. Berlangsung melalui Zoom,acara ini dihadiri oleh ratusan partisipan dari kalangan Ubaya dan non Ubaya.

Hadir sebagai narasumber, Liviani Suryanata, S.Psi., M.Psi., selaku Human Resource (HR) Consultant membuka diskusi dengan penjelasan terkait psikologi forensik. Liviani menjelaskan bahwa bekerja pada bidang psikologi forensik tidak perlu terlalu mendalami hal-hal yang berkaitan dengan ilmu hukum. “Sebaiknya memang mengerti istilah-istilah dasar dalam hukum namun bukan berarti harus menguasainya karena bagian dari psikolog forensik yaitu melakukan pendampingan dalam bidang psikologis, misalnya pada narapidana (napi),” ucapnya.

Diskusi dilanjutkan oleh Oktrilia Frida, M.Psi., Psikolog., selaku Recruitment Manager di Perseroan Terbatas (PT) Wismilak Inti Makmur, Tbk yang membawakan materi terkait Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Oktrilia menyampaikan bahwa salah satu hal positif yang dialami selama menjadi recruitment yaitu memiliki jadwal fix sehingga ia masih bisa mengejar passion-nya. “Namun, bekerja sebagai recruitment juga memilikitantangan tersendiri, seperti adanya kemungkinan mengalami burnout akibat mengerjakan pekerjaan yang sama secara rutin,” imbuhnya.

Wahyu Priyono, S.Psi., M.Psi., Psikolog., selaku Terapis Anak Berkebutuhan Khusus menyambung sesi diskusi dengan penjelasan terkait Psikologi Pendidikan. “Persiapan yang dapat dilakukan untuk menjadi terapis anak yaitu membekali diri dengan mengikuti berbagai pelatihan dan terlibat langsung dengan anak,” tuturnya. Wahyu juga menambahkan bahwa terapis anak memerlukan beberapa skill, seperti komunikasi yang baik, critical thinking, dan observasi yang kuat.

Beralih pada bahasan selanjutnya, Ellyana Dwi Farisandy, M.Psi., Psikolog., selaku Associate Psychologist membawakan materi terkait psikologi klinis. “Pada dasarnya, psikolog klinis menangani gangguan-gangguan psikologis yang berdampak pada keberfungsian individu, mulai dari normal bermasalah, neurosis, hingga psikosis,” jelasnya. Ellyana turut menuturkan bahwa psikolog klinis memiliki beberapa pekerjaan utama, yakni: menangani klien mulai dari asesmen, menentukan diagnosis, merancang sebuah intervensi, dan membuat client report.

Pembahasan materi banyak menarik pertanyaan dari para partisipan. Seorang partisipan bernama Cheryl Nathania dari Fakultas Psikologi Ubaya angkatan 2021 mengajukan sebuah pertanyaan, “Apakah seorang pencemas, namun tetap terlihat tenang di publik tidak dianjurkan untuk berkecimpung di dunia forensik?” Menjawab pertanyaan tersebut, Liviani menjelaskan bahwa pada dasarnya seorang psikolog harus memiliki kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Menurutnya, apabila kecemasan tersebut masih bisa dikendalikan sebenarnya tidak menjadi sebuah masalah. Namun, jika kecemasan sudah cukup mengganggu dan tidak bisa dikendalikan, akan lebih baik jika individu menyelesaikannya terlebih dahulu. “Jangan sampai ketika menangani sebuah kasus klien, akhirnya ini malah menjadi hambatan dari internal psikolog itu sendiri,” tutupnya. (jv)