Talkshow Fantasia 2022: Mengenal Budaya Indonesia Melalui Musik samueldim March 15, 2022

Talkshow Fantasia 2022: Mengenal Budaya Indonesia Melalui Musik

Selasa, 8 Maret 2022 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) terkhusus divisi Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa menggelar Talkshow Festival Budaya Indonesia (Fantasia) 2022. Talkshow yang mengangkat tema “Psychology of Music: Hidden Culture within Us” ini bertujuan agar partisipan mengetahui pengaruh musik tradisional Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Johanna Natalia, S.Psi., M.Mus., Ph.D., Psikolog dan Widhawan Aryo Pradita, S.Psi., M.Psi.selaku dosen Fakultas Psikologi Ubaya hadir sebagai narasumber dalam acara ini. Berlangsung melalui Zoom, acara ini berhasil menarik ratusan partisipan dari berbagai kalangan.

Natalia membuka sesi dengan menjelaskan penggunaan terapi musik tradisional. Menurutnya, saat ini sudah mulai banyak penelitian yang memanfaatkan musik tradisional. “Dulu saya juga pernah melakukan penelitian terkait pengaruh gamelan terhadap anak baru lahir dan hasilnya baik,” ucapnya. Natalia turut menambahkan bahwa terdapat beberapa jurnal yang mengatakan musik tradisional dapat memengaruhi fisik seseorang. Salah satunya yaitu jurnal yang membahas pengaruh musik tradisional terhadap rasa nyeri pasca operasi.

Sesi dilanjutkan dengan pembahasan terkait art song yang disampaikan oleh Pradita. Beliau menjelaskan bahwa art song merupakan salah satu bentuk musik tradisional yang terus dikomposisikan ulang. “Sesuai dengan namanya, musik tradisional ini bersumber dari tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi,” ucapnya. Pradita turut menambahkan bahwa art song memiliki ciri khusus yang membedakannya dari musik pop. “Dalam hal ini,art song merupakan sebuah lagu akan selalu diubah dengan lirik yang berasal dari karya sastra,” ucapnya. Berkaitan dengan hal tersebut, art song berbeda dengan musik pop yang mana dibuat dengan menulis kata-kata terlebih dahulu kemudian membuat lagu dengan lirik tersebut.

Pembahasan materi banyak menarik pertanyaan dari para partisipanpada sesi tanya jawab. Seorang partisipan bernamaYovella menyampaikan sebuah pertanyaan, “Ketika sedang merasa sedih, kira-kira kita memerlukan musik berapa desibel agar dapat menaikkan mood?” Menjawab pertanyaan tersebut, Natalia menjelaskan bahwa terdapat range tertentu yang bisa didengarkan nyaman oleh manusia. Namun, desibel yang diperlukan oleh individu juga dipengaruhi oleh sisi subjektif. Hal ini dikarenakan individu tumbuh dengan dipengaruhi oleh lingkungan yang berbeda, termasuk saat mendengarkan suara. “Tidak hanya dari sisi subjektif, besarnya desibel musik juga ditentukan oleh jenis lagu yang didengarkan,” tutupnya. (jv)