Salah, Penyakit Anosmia Hampir Sama dengan Covid-19 samueldim December 7, 2021

Salah, Penyakit Anosmia Hampir Sama dengan Covid-19

JAKARTA ndash; Beredar informasi penyakit anosmia diklaim hampir sama dengan Covid-19. Informasi ini beredar di media sosial Facebook diunggah oleh akun Ainul’s Jannah pada 2 Juli 2021.
Akun tersebut mengunggah gambar perempuan bermasker disertai narasi berikut:
‘Hati – Hati ya
Sekarang Lagi Musim
Sakit ANOSMIA
Hampir Sama dengan
Corona Virus
Gejala Yg di Rasakan :
-Menggigil
-Deman
-Badal Pegal – Pegal
-Diare
-Sakit Kepala
-Indra Perasa Hilang
-Indra Penciuman Hilang
Akun Ainul’s Jannah juga menyertakan narasi dalam unggahannya. Pengguna akun tersebut menyebut, penyakit itu ditularkan melalui kapal udara dari negara lain untuk mengurangi populasi manusia. Disebutkan pula cara penyembuhannya
CEK FAKTA
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim mengenai penyakit anosmia hampir sama dengan Covid-19, salah. Penelusuran kami dengan mesin pencari Google menemukan pernyataan dari pakar mengenai anosmia.
Mengutip kompas.com, ahli patologi klinis Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dr. Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, anosmia bukan sebuah penyakit, melainkan gejala.
Gejala anosmia bisa terjadi pada beberapa penyakit yang mengganggu akar saraf penciuman di hidung.
‘Bisa karena flu, rhinitis, sinusitis, tulang hidung bengkok, dan lain-lain. Jadi memang tidak hanya atau spesifik karena Covid-19,’ kata Tonang, Minggu (31/10/2021).
Pada kondisi pandemi seperti saat ini, kata Tonang, dugaan pertama jika terjadi anosmia adalah akibat Covid-19. Setelah terbukti bukan Covid-19, baru berpindah ke kemungkinan lainnya.
Tonang juga menegaskan bahwa tak ada satu penyakit atau wabah yang bertujuan untuk mengurangi populasi.
‘Tidak ada wabah yang disengaja untuk mengurangi populasi manusia,’ ujarnya.
Melengkapi pernyataan pakar, mengutip dari artikel di jurnal kesehatan dan kedokteran Ubaya, anosmia merupakan kondisi ketika seseorang mengalami pengurangan bahkan kehilangan daya penciumannya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor usia, penyakit sinonasal, gegar otak, infeksi saluran pernapasan atas, maupun neurodegeneratif sistem.
Anosmia tergolong dalam kondisi disfungsi kemosensoris yang melibatkan indera penciuman. Diagnosa penyebab terjadinya kebanyakan dikarenakan oleh penyakit nasal dan sinus, virus, dan trauma kepala. Penyebab terjadinya anosmia dijelaskan karena kegagalan stimulus ditangkap oleh reseptor pada sel-sel sensoris, sehingga stimulus terabaikan, dan tidak ada rangsang yang dilanjutkan ke otak.
KESIMPULAN
Menurut hasil penelusuran Tim Cek Fakta TIMES Indonesia, klaim mengenai penyakit anosmia hampir sama dengan Covid-19, salah. Faktanya, anosmia bukan penyakit melainkan suatu gejala. Anosmia merupakan kondisi ketika seseorang mengalami pengurangan bahkan kehilangan daya penciumannya.
Menurut misinformasi dan disinformasi yang dikategorikan First Draft, informasi tersebut termasuk dalam kategori fabricated content (konten palsu). Fabricated content terbilang menjadi jenis konten palsu yang paling berbahaya. Konten ini dibentuk dengan kandungan 100% tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara fakta. Biasanya, fabricated content berupa informasi lowongan kerja palsu dan lain-lain.
Sumber: timesindonesia.co.id