Hindari Repeat Blending Agar Kinerja Menjadi Optimal samueldim November 22, 2021

Hindari Repeat Blending Agar Kinerja Menjadi Optimal

Sabtu, 6 November 2021 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan webinar yang berjudul “Implikasi Kompetensi dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”. Melalui webinar ini, diharapkan para peserta dapat belajar cara mengimplikasikan kompetensi kepada karyawan. Webinar ini mengundang dua narasumber yaitu Dr. Drs. Gozali, M.M. selaku dosen kuliah tamu pada hari itu yang memiliki pengalaman di PT. Pertamina dan Dr. Yenny Sari, S.T., M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Quality dan Performance Management Jurusan Teknik Industri Ubaya.Gozali akan membawakan materi tentang production unit Gresik Pertamina Lubricants. Lalu dilanjutkan oleh Yenny Sari, S.T., M.Sc. yang akan membahas tentang penelitian untuk tugas akhir.

Sebagai pembuka awal diskusi, Gozali membahas tentang perbedaan PT. Pertamina Lubricants yang berada di Gresik dengan Surabaya. “Kalau yang berada di Gresik itu sudah menggunakan sistem yang modern. Sedangkan di Surabaya masih menggunakan sistem peralatan yang manual,” kata Gozali. Lalu ia menjelaskan mengenai kapasitas produksi Pertamina Lubricants yang ada di Gresik. “Sejak Agustus 2008, kapasitas produksi yang dihasilkan sebanyak 12.000 KL per tahunnya. Produksi ini menggunakan teknologi automatic batch blending in line blending,”ucap Gozali.Sedangkan untukPackaging, Gozali merasa hal tersebut dapat menggunakan botol plastik, drum, dan bulk.

Kinerja karyawan selama proses produksi menjadi tidak optimal. Hal ini dikarenakan karyawan yang semula bekerja pada sistem peralatan yang manual, dipindahkan secara langsung ke Gresik. “Di Gresik peralatannya sudah menggunakan sistem yang modern, sehingga hal tersebut akan menyebabkan repeat blending,” kata Gozali.Ia menjelaskan bahwa repeat blending merupakan pekerjaan berulang yang dapat membuat kinerja sebuah organisasi menjadi tidak optimal.

Gozali juga memaparkan mengenai quality check point agar semua material dapat terkontrol dengan baik. “Pada penerimaan barang semuanya itu harus terkontrol lebih dahulu melalui laboratorium, apa ada yang bocor atau tidak,” kata Gozali. Sebelum material itu digunakan, mereka akan melewati tahap pengecekan jumlah. Setelah melewati tahap pengecekan, material itu akan dikelola menjadi produk jadi. “Produk itu akan dimasukan ke dalam tangki-tangki produk,” ujarnya. Kemudian produk berada pada tahap pengisian yang dilakukan dengan cara mengontrol pemasukan ke dalam wadah yang ada. Tahap-tahap tersebut merupakan proses dalam pengemasan pelumas.

Pemaparan materi yang disampaikan Gozali menarik banyak peserta untuk bertanya, salah satunya Christopher Hendra. “Apakah ada standar dalam penerimaan barang di PT. Pertamina Lubricants? Gozali menjawab bahwa “Semuanya itu ada standarnya, hanya saja jika ada miss maka itu perlu diulang kembali.” Misalnya masalah dalam packaging, Gozali menekankan bahwa barang perlu dikembalikan apabila ada hasil atau produk yang rusak. “Jika hal itu terjadi maka akan membuang waktu dan menjadi masalah,” tutup Gozali. (RE7,et)