Parenting Day: Mengenal Hubungan Orang tua-Anak yang Demokratis samueldim November 16, 2021

Parenting Day: Mengenal Hubungan Orang tua-Anak yang Demokratis

Ilustrasi keluarga: freepik.com (@freepik)

Dalam rangka Parenting Day, Universitas Surabaya (Ubaya) bekerja sama dengan Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) St. Louis II Surabaya menggelar webinar parenting bertajuk “Pola Asuh Orang Tua yang Demokratis”. Acara ini diadakan pada Sabtu, 23 Oktober 2021 secara online melalui Zoom. Diikuti oleh sekitar 135 peserta, webinar ini ditujukan kepada para orang tua dan wali murid untuk mewujudkan hubungan positif di dalam keluarga. Ubaya mendatangkan pembicara yang berpengalaman di bidangnya yakni Dr. Andrian Pramadi, M.Si, Psikolog selaku Ketua Program Studi Magister Psikologi Profesi Ubaya.

Menurut Andrian, inti dari pola asuh orang tua yang demokratis adalah mendidik dengan nurani. “Kita harus memikirkan apakah yang orang tua lakukan dapat menyakiti hati anak,” ujar Andrian. Salah satu contohnya adalah ketika seorang anak lelaki bercita-cita untuk menjadi penari. “Orang tua sebaiknya mendukung keinginan seorang anak dan bukan menjadikannya sebuah masalah,” tuturnya. Andrian lalu menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan saat ini adalah inteligensi ditambah karakter, bukan hanya sekedar gelar.

Selain itu, Andrian juga mengungkapkan pentingnya peran orang tua dalam perkembangan anak. “Di pundak orang tua terlampir tanggung jawab dan dipelukannya ada harapan,” ujar Andrian. Peran orang tua penting untuk membangun hubungan yang baik dengan anak. “Hubungan dikatakan baik apabila orang tua dapat membina dan mendukung tumbuh kembang anak kearah yang lebih baik,” jelas Andrian. Tak hanya itu, Adrian juga menjelaskan empat tipe hubungan orang tua dengan anak, yaitu Active danConstructive, Passive danConstructive, Active danDestructive, sertaPassive danDestructive. Lalu ia menjelaskan kecenderungan dari setiap tipe tersebut.

Penjelasan yang begitu menarik dari Andrian mengundang banyak pertanyaan, salah satunya ayah dari siswi bernama Sydney. Ia menceritakan permasalahannya dengan putrinya yang tidak berkeinginan untuk menekuni teknik memasak dan melanjutkan bisnis kuliner miliknya. Melainkan bisa mulai memperkenalkan Sydney dengan dunia kuliner terlebih dahulu. Dengan demikian diharapkan muncul ketertarikan secara alami terkait bisnis dibidang ini. “Bisa jadi Sydney lebih tertarik dengan jurusan-jurusan kuliner lainnya seperti Teknik Pangan atau Manajemen dari bisnis kuliner bapak itu sendiri,” tutup Andrian. (RE1,et)