Equity Crowd Funding sebagai Pendukung Perekonomian Indonesia samueldim November 3, 2021

Equity Crowd Funding sebagai Pendukung Perekonomian Indonesia

Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya (FBE Ubaya) mengadakan webinar nasional dengan judul Equity Crowd Funding sebagai Media Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Go Public. Webinar yang diselenggarakan pada Jumat, 15 Oktober 2021 ini bertujuan memberikan pemahaman seputar equity crowd funding melalui financial technology. Acara dihadiri oleh Dr. Dedhy Sulistiawan S.E., M.Sc., Ak., CA. sebagai moderator dan Heinrich Vincent selaku Chief Executive Officer (CEO) Bizhare selaku pembicara. Ditayangkan melalui platform YouTube pada kanal Bukan Cuma Uang, webinar ditonton oleh 432 partisipan.
Vincent mengungkapkan bahwa ketika ingin mulai berbisnis, modal yang dibutuhkan bisa mencapai ratusan hingga miliaran rupiah. Ia berkata bahwa ketika baru saja lulus, dirinya tidak memiliki uang sebanyak itu saat ingin mulai berbisnis dan akhirnya mengajak beberapa temannya untuk patungan. “Dari sanalah timbul pemikiran, bagaimana jika konsep tersebut diterapkan untuk seluruh masyarakat di Indonesia,” ujarnya. Vincent memaparkan bahwa konsep yang dibawakan oleh Bizhare adalah gotong royong, yakni dengan mengumpulkan dana dari banyak investor sehingga dapat menyukseskan suatu usaha. Dari investasi tersebut, investor juga akan mendapatkan imbal hasil sesuai dengan jenis investasinya.
Pada platform Bizhare, terdapat beberapa jenis efek yang dapat dipilih, antara lain: saham, obligasi, dan sukuk. “Saham adalah bukti kepemilikan perusahaan yang dibagikan kepada investor,” jelasnya. Sedangkan, obligasi adalah surat utang yang imbal hasilnya bersifat tetap dan dibagikan pada tiap periode tertentu. “Kalau sukuk itu sebenarnya mirip dengan obligasi, tetapi dengan menggunakan prinsip dasar syariah,” papar Vincent. Sebagai penyelenggara, Bizhare menghubungkan penerbit dengan pemodal melalui platform digital.
Vincent juga memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin berinvestasi. “Hal pertama yang perlu dicek adalah Return on Investment (ROI), payback period, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA), pemasukan, dan potensi capital gain,” paparnya. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis risiko yang akan dihadapi ketika berinvestasi, antara lain: risiko usaha, likuiditas, gagal bayar untuk efek yang bersifat utang dan sukuk, kegagalan sistem elektronik, dan dilusi kepemilikan saham. “Untuk mitigasinya yakni dengan tim business support yang profesional dan mengatur portofolio seefektif mungkin,” jelas Vincent.
Pada sesi tanya jawab, peserta bernama Shevia Carereslie mengajukan sebuah pertanyaan, “Sebagai pemula, bagaimana kita menentukan perusahaan yang cocok untuk mulai berinvestasi?”. Menjawab pertanyaan tersebut, Vincent mengungkapkan bahwa hal yang pertama kali harus disadari adalah kapabilitas dan kemauan diri sendiri dalam menanggung risiko. “Kemudian, kita harus mengetahui jenis investasi yang sesuai dengan kapabilitas dan kemauan dalam menanggung risiko,” ujarnya. Vincent juga memaparkan bahwa sebagai investor, kita harus mengerti dengan model bisnis, cara kerja, keuangan, dan brand perusahaan terkait. (jes)