Ubaya Kembangkan Biomedical Engineering samueldim October 22, 2021

Ubaya Kembangkan Biomedical Engineering

Saat ini perkembangan teknologi peralatan medis semakin canggih. Bukan hanya untuk skala besar di rumah sakit, kini mulai dikembangkan peralatan medis untuk memantau secara rutin kondisi kesehatan keluarga saat di rumah. Misalnya, alat medis digital pengukur tensi darah, pengukur kadar gula darah, dan pengukur kadar oksigen dalam darah (SpO2).
Alat-alat medis tersebut dibuat dan dikembangkan tenaga kesehatan bersama para engineer. Kolaborasi ilmu teknik dan kedokteran sangat dibutuhkan untuk merancang berbagai peralatan medis sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Oleh karena itu, Universitas Surabaya (Ubaya) mendukung adanya ilmu kesehatan yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.
Dekan Fakultas Teknik Ubaya Ir Eric Wibisono PhD IPU menyampaikan, kolaborasi keilmuan yang beririsan dengan information technology akan semakin berkembang dan banyak dibutuhkan di masa depan. ‘Belajar ilmu teknik tidak hanya menyenangkan karena kita akan belajar ilmu lain secara sinergi, tetapi juga akan memberikan kompetensi yang signifikan dibutuhkan masyarakat. Contohnya bidang kesehatan,’ ucap Eric Wibisono.
Dekan Fakultas Kedokteran Ubaya Prof Dr dr Rochmad romdoni SpPD SpJP(K) FIHA FAsCC FACC mengungkapkan, dalam rangka menjawab tantangan Industri 4.0, ilmu kedokteran berkembang sangat pesat sejalan dengan kemajuan teknologi. Adanya ilmu biomedical engineering menjadi salah satu contoh bagaimana teknologi berperan dalam dunia kedokteran untuk penatalaksanaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Teknologi informasi yang mengintegrasikan big data dari bidang kesehatan juga terbukti secara signifikan mampu membantu dokter dan tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. ‘Personalized medicine yang merupakan harapan di masa depan dalam hal penatalaksanaan pasien akan dapat segera terealisasi dengan penggunaan teknologi dalam dunia kedokteran,’ jelas Prof Romdoni.
Pelayanan kesehatan yang baik bergantung pada dua hal, yakni tenaga kesehatan, khususnya dokter yang ahli serta berkualitas, dan perlatan medis yang memadai. Biomedical engineering adalah satu program peminatan di Prodi Teknik Elektro Ubaya yang menjadi bukti kolaborasi ilmu teknik dan kedokteran yang mempelajari rekayasa sistem medis berbasis teknik.
Bidang ilmu itu sangat prospektif di masa depan. Para sarjana dan ahli biomedis akan berperan penting di masyarakat, khususnya dalam meningkatkan kepekaan terhadap pemantauan kesehatan pribadi melalui karya-karya rekayasa di bidnag biomedical engineering.
Ketua Prodi Teknik Elektro Ubaya Susilo Wibowo ST MEng menjelaskan bahwa salah satu perkembangan dunia elektro adalah mengaplikasikan ilmu-ilmu teknik elektro di bidang medis, baik perangkat keras maupun lunak. Program Biomedical Engineering Ubaya membekali mahasiswa dengan wawasan ilmu teknik yang kuat dan pemahaman dasar tentang biomedis.
‘Mahasiswa juga akan mengasah keterampilannya agar dapat diaplikasikan dalam merancang peralatan modern di dunia kedokteran,’ paparnya.
Ada beberapa peralatan medis yang sudah dibuat dan akan dikembangkan mahasiswa serta dosen Program Biomedical Engineering Ubaya. Yakni alat elektrokardiogram (EKG) portable untuk pradiagnosis penderita gangguan artimia berbasis Google cloud, oxygen flow controller, dan pemanfaatan Artificial intelligence (AI) dalam biomedical imaging. Salah seorang dosen program Biomedical Engineering Ubaya Nemuel Daniel Pah ST Meng PhD dan Prof Dinesh K. Kumar PhD dari RMIT University juga memiliki riset kolaborasi terkait dengan deteksi dini penyakit Parkinson sejak 2020.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mencari informasi kesehatan juga tidak dapat dihindari. Ubaya memiliki prodi teknik informatika dnegan program peminatan yang mendukung perkembangan dunia kesehatan di bidang informatika. Yakni, program data science artificial intelligence (DSAI), program multimedia, dan program sistem informsai bisnis. Melalui program peminatan itu mahasiswa bisa merancang dan membuat peralatan medis hingga portal kesehatan berbasis TIK.
Pada program DSAI mahasiswa juga mempelajari AI yang sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan. Ke depan, AI dapat membantu tenaga kesehatan untuk melakukna berbagai tahapan, termasuk diagnosis sampai terapi. ‘Jadi, AI sangat membantu dalam praktis medis, jika pekerjaan berulang dilakukan huma nexpert bisa terjadi kelelahan dan kemungkinan hasil kurang tepat. Namun, jika dibantu dengan AI, hasilnya bisa konsisten karena dilakukan mesin,’ kata Ketua Prodi Teknik Informatika Ubaya Dr Joko Siswantoro SSi MSi.
Joko Siswantoro menyatakan, sudah ada beberapa penelitian dan pengembangan peralatan medis karya mahasiswa, dosen, maupun kolaborasi Prodi Teknik Informatika Ubaya dengan lintas disiplin ilmu. Misalnya, metode untuk melakukan deteksi epilepsi secara otomatis dari sinyal electroencephalography (EEG) dengan menggunakan machine learning; metode untuk mendeteksi kanker kulit, yakni melanoma menggunakan computer vision; consumer health informatif; dan start-up Jamoetics, yakni platform integratif sistem informasi produk obat tradisional. (c12/xav)
Sumber: Jawa Pos, 15 Oktober 2021