Menjadi Individu yang Toleran Dalam Lingkungan Multikultur samueldim August 30, 2021

Menjadi Individu yang Toleran Dalam Lingkungan Multikultur

Sabtu, 7 Agustus 2021 Peer Group Laboratorium Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan diskusi bertajuk “Intoleransi Melahirkan Intoleransi”. Diskusi ini dilaksanakan guna mengulik intoleransi keberagamaan di Indonesia. Diskusi akan dilaksanakan dengan berbagi cerita mengenai tiga agama yakni Kristen, Katolik, dan Konghucu. Hal ini nantinya akan dianalisis menggunakan teori psikologi sosial.

Dr. Evy Tjahjono S.Psi., M.G.E selaku Dekan Fakultas Psikologi Ubaya, Dr. Dra. N.K.E. Triwijati, M.A., Psikolog selaku Kepala Laboratorium Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Ubaya, Khanis Suvianita, S.Psi., M.A selaku Dosen Fakultas Psikologi Ubaya, Lany Guito, S.E selaku Ketua Bidang Pendidikan Dasar dan menengah MATAKIN Jakarta, Dr. Abigail Soesana, S.Th., M.A.., M.Th., M.Si selaku Dosen Luar Biasa Universitas Ciputra Surabaya, serta Untara Simon S.S, M.Hum selaku Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya turut hadir pada acara hari itu.

Dalam sambutannya, Evy menuturkan bahwa Ubaya merupakan kampus yang multikultur. “Tentunya berbicara tentang masalah toleransi adalah hal yang umum di antara kita sehari-hari,” ujarnya. Sehingga pemilihan tema diskusi kali ini Evy rasa cocok, karena adanya tindakan intoleran dapat memunculkan intoleransi lainnya. “Sumbernya satu tapi bisa menyebar. Jadi kalau tidak aware dengan kondisi ini, secara tidak sengaja kita juga yang nanti akan melakukannya,” jelasnya. Oleh karena itu, Evy merasa penting bagi kita khususnya mahasiswa untuk mempunyai forum diskusi guna menjadi individu yang semakin toleran terhadap perbedaan. “Senang rasanya ketika bisa melihat hasil dari mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya yang aktif dan berkarya, tidak hanya untuk kita saja tetapi juga orang lain,” tuturnya.

Lebih lanjut, Raquel Octavia selaku Ketua Peer Group Laboratorium Sosial Fakultas Psikologi Ubaya mengatakan bahwa diskusi ini dilakukan karena intoleransi menjadi topik sensitif di masyarakat khususnya agama. “Pada sila pertama Pancasila berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dimana seharusnya keberagaman beragama menjadi ciri khas kita. Namun justru menjadi topik yang sensitif dan dihindari,” jelasnya. Oleh karena itu, Raquel menuturkan bahwa Peer Group Laboratorium Sosial Fakultas Psikologi Ubaya berusaha membantu masyarakat untuk menyadari isu-isu sosial tersebut. “Dengan acara konsep diskusi ini harapannya bisa menjadi ruang aman untuk bertukar pikiran, pengalaman dan berpendapat tanpa memikirkan benar salah,” tuturnya. Sehingga kedepannya Raquel berharap supaya makin banyak mahasiswa yang ikut berdiskusi dan berkontribusi untuk melakukan perubahan kecil yang berdampak(et)