Belajar Kelola Agro-waste samueldim August 18, 2021

Belajar Kelola Agro-waste

Rabu, 21 Juli 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali mengadakan Seri Edukasi Masyarakat 2021. Pada seri ke-49 ini, tema yang dibawakan yaitu “Pengolahan Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian (Agro-waste)”. Webinar ini diselenggarakan guna membagikan pengetahuan pada masyarakat mengenai topik yang berkaitan dengan keilmuan dari dosen di Ubaya. Berlangsung menggunakan zoom, sedikitnya 51 peserta dari berbagai daerah hadir pada acara hari itu. LPPM Ubaya mendatangkan dua dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya sebagai narasumber, yakni: Dr.rer.nat. Maria Goretti Marianti Purwanto dan Yayon Pamula Mukti, S.TP., M.Eng.

Maria membuka diskusi dengan membawa topik mengenai “Potensi Tepung Komposit dari Agro-waste”. Menurutnya, topik ini menjadi peran kita dalam membangun inovasi dan ketahanan pangan Indonesia. Maria menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga dari suatu negara tercermin dari tersedianya pangan yang cukup. “Hal ini mencangkup jumlah, mutu, keamanan, dan menjangkau bagi seluruh masyarakat,” tuturnya. Guna menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan yang ada, Maria mengatakan perlu dilakukan inovasi. Salah satu contohnya yaitu biorefinery yang diolah dari limbahagro-waste. “Jadi mengubah produk agriculture menjadi makanan, packaging, dan lainnya,” ucapnya.

Tepung komposit merupakan contoh produk agriculture yang berhasil dijadikan makanan. “Jadi dibentuk dari campuran dua atau lebih tepung individu dengan tujuan mendapatkan sifat yang lebih baik dan bernilai,” kata Maria. Menurutnya, hal ini dilakukan guna mengurangi dan menghilangkan penggunaan gandum atau bahan pangan pokok lain. “Sehingga bisa mengurangi biaya yang berkaitan dengan impor gandum,” jelasnya. Selain itu, Maria menuturkan bahwa tepung komposit juga bisa mengubah karakteristik gizi produk. “Misalnya dengan memperkaya kandungan protein, vitamin, antioksidan, atau mineral,” lanjutnya.

Diskusi dilanjutkan oleh Yayon dengan membahas topik mengenai “Edible Coating Berbasis Agro-waste”. Menurutnya, pengemasan dilakukan untuk menjaga bahan pangan supaya tidak terkontaminasi, memperpanjang waktu simpan, dan lain sebagainya. Namun, pengemasan makanan yang berbasis plastik dapat meningkatkan resiko global warming. “Supaya mengurangi jumlah limbah dari plastik tersebut, salah satu metode yang banyak digunakan adalah dengan memanfaatkannya sebagai edible coating dan film,” ujarnya. Yayon menuturkan bahwa fungsi utama hal ini yakni memperpanjang waktu penyimpanan makanan. “Jadi mencegah moisture loss dari makanan dan membantu mengontrol gas dari proses respirasi,” jelasnya.Yayon menambahkan bahwa edible coating dan film sendiri termasuk ke dalam edible packaging, yakni kemasan bahan makanan yang dapat dikonsumsi.

Pembahasan materi menarik banyak pertanyaan dari para peserta, salah satunya Zakaryanto. “Apakah biji kangkung bisa digunakan untuk kebutuhan industri?” tanyanya. Yayon menjawab bahwa biji kangkung memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi dan kandungan lemak yang cenderung rendah. “Kita sebenarnya bisa gunakan sebagai tepung. “Bisa memanfaatkan protein atau asam aminonya. Tapi prosesnya akan butuh waktu dan biaya yang cukup tinggi,” jawabnya.(et)