Pentingnya Kegunaan Aromaterapi di Masa Pandemi samueldim August 13, 2021

Pentingnya Kegunaan Aromaterapi di Masa Pandemi

Selasa, 13 Juli 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali mengadakan Seri Edukasi Masyarakat 2021. Pada seri ke-43 ini, tema yang dibawakan yaitu “Stay Happy and Healthy with Aromatherapy in COVID-19 Pandemic”. Webinar ini diselenggarakan guna membagikan pengetahuan pada masyarakat mengenai topik yang terkait dengan keilmuan dari dosen di Ubaya. Berlangsung menggunakan zoom, sedikitnya 57 peserta dari berbagai daerah hadir pada acara hari itu. LPPM Ubaya mendatangkan dua dosen Fakultas Farmasi Ubaya sebagai narasumber, yakni: Nikmatul Ikhrom Eka Jayani, S.Farm., M.Farm-Klin., Apt. dan Nina Dewi Oktaviyanti, S.Farm., M.Farm., Apt.

Diskusi dibuka oleh Nikmatul dengan membawa materi mengenai “Relax dengan Aromaterapi”. Menurutnya, aromaterapi adalah terapi atau perawatan dengan memanfaatkan pewangingan atau bau-bauan. “Aromaterapi merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif dengan menggunakan tanaman yang memiliki senyawa mudah menguap seperti essential oil atau dikenal sebagai minyak atsiri,” jelasnya. Hal ini dilakukan guna memperbaiki pikiran, karena stres saat pandemi akan mengganggu kesehatan, mood, dan produktivitas kerja kita.

Nikmatul menyarankan untuk menggunakan aromaterapi dengan dua rute yakni inhalasi dan aplikasi pada kulit. Dalam masa pandemi, penjualan diffuser sedang naik karena dirasa dapat mengurangi efek sesak. “Kalau COVID-19 biasanya menggunakan minyak eukaliptus, diharapkan bisa memberikan sensasi lega atau tidak menyebabkan batuk,” jelasnya. Sedangkan untuk pengaplikasian pada kulit, Nikmatul berpendapat bahwa aromaterapi perlu diencerkan terlebih dahulu. “Biasanya minyak atsiri merupakan konsentrat sehingga jika diberikan dalam bentuk pekat dapat menyebabkan reaksi iritasi atau alergi pada beberapa individu,” tuturnya. Nikmatul menambahkan beberapa minyak atsiri yang dapat digunakan untuk stres dan relaksasi, yakni: lavandula angustifolia, anthemis nobilis linn, dan masih banyak lainnya.

Diskusi dilanjutkan oleh Nina dengan membawakan materi terkait “Essential Oil sebagai Immune Booster”. Menurutnya,essential oil merupakan senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan maupun hewan dan memiliki bau khas serta aromatik. Sedangkan untuk sistem imun, Nina menuturkan bahwa hal ini digunakan untuk pertahanan tubuh yang bisa melindungi diri dari senyawa berbahaya. “Tubuh kita sudah dikarunia tiga level dari pertahanan tubuh untuk sistem imun ini, yakni: barrier, innate, dan adaptive,” jelasnya. Sehingga apabila tubuh kita fit, Nina berpendapat bahwa imun sudah bisa menghadapi berbagai macam penyakit seperti COVID-19.

Nina menuturkan bahwaessential oil memiliki beberapa mekanisme yang dapat berdampak pada sistem imun. “Mekanisme pertama adalah fight, jadi essential oil itu bisa melawan hal-hal yang membahayakan tubuh. Harapannya sistem imun tidak bekerja terlalu berat,” jelasnya. Kedua,essential oil dapat mengurangi gejala karena banyak digunakan secara inhalasi sehingga gejala yang terjadi berkaitan dengan gangguan pernafasan. “Lalu purify, senyawa yang mudah menguap ini ketika berubah bentuk menjadi molekul gas akan bergabung dan mem-purify udara,” lanjutnya. Tidak hanya itu, Nina juga mengatakan bahwaessential oil dapat memberikan comfort dan manfaat terhadap psikologis individu. “Dengan begitu, sistem imun kita juga bisa membaik,” tuturnya.

Pembahasan materi menarik banyak pertanyaan dari para peserta, salah satunya Muhammad Yunus Surya. “Saya memiliki produk yang berbau menyengat. Jika ditambahkanessential oil pada produk ini, apakah bisa menghilangkan bau menyengat tersebut?” tanyanya. Nikmatul menuturkan bahwa penambahan essential oil bisa digunakan namun perlu melihat produknya terlebih dahulu. “Jadi perlu trial and error menggunakan essential oil dengan bau yang kuat seperti lemon,” jawabnya. (et)