Barang vs Jasa, Kenalkan Keterkaitan serta Cara Jual Lewat Tulisan samueldim August 9, 2021

Barang vs Jasa, Kenalkan Keterkaitan serta Cara Jual Lewat Tulisan

Kamis, 8 Juli 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali menggelar Seri Edukasi ke-42. Dengan tajuk Barang dan Jasa, diharapkan peserta dapat lebih mengenal bagaimana hubungan antar barang serta jasa dan cara mempromosikan produk melalui tulisan.

“Biasanya kalau kita melihat barang, kita akan melihat merek terlebih dahulu, baru melihat kemasan, barang, dan kualitas,” papar Dr. Reina A. Hadikusumo, S.E., M.M., M.Kom., selaku Dosen Politeknik Ubaya yang membawakan topik Keterkaitan Antara Merek, Kemasan, Bentuk, serta Kualitas Pada Barang dan Jasa. Menurutnya, produk merupakan segala sesuatu atau apapun yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan seseorang. Selain memaparkan materi dasar untuk menyamakan persepsi peserta, Reina juga menjelaskan lebih detail terkait contoh serta penerapan keterkaitan antara merek, kemasan, baran, dan kualitas dari suatu barang.

Setelah mendalami keterkaitan dalam suatu barang dan jasa, Slamet Wahyudi, S.E., M.IB., selaku Dosen Politeknik Ubaya, hadir melanjutkan materi sebelumnya dengan tema pembahasan Copywriting Barang dan Jasa UMKM. “Copywriting atau menyalin tulisan agar menjadi sesuatu yang powerful dan bisa membantu menjual produk kita menggunakan kata-kata yang menarik,” paparnya di awal materi. Slamet turut menyarankan untuk menggunakan prinsip anatomi copywriting untuk mempromosikan produk yang dimiliki, anatomi tersebut terdiri atas: headline, penawaran, alasan orang harus membeli, bonus, testimoni, garansi, call to action, dan nota bene. “Headline itu kalimat utama, ibarat iklan dari sebuah iklan, jadi harus powerful,” jelasnya di tengah-tengah materi. Selain anatomi copywriting, dalam ilmu marketing juga dikenal istilah prinsip persuasi. Terdapat enam prinsip yang turut dipaparkannya, seperti: timbal balik, komitmen konsisten, bukti sosial, rasa suka, otoritas, dan kelangkaan.

Sesi tanya jawab menjadi sesi setelah pembicara membawakan materinya masing-masing. Berbagai peserta turut melontarkan pertanyaan di kedua kesempatan tersebut. Seperti salah satu peserta yang menanyakan, “Bagaimana dengan produk yang memiliki merek yang ejaannya atau pengucapannya hampir sama dengan merek lain?” Menanggapi hal tersebut, Reina menjawabnya dengan sebuah ilustrasi dari produk mie sedaap. “Seperti mie sedaap yang ‘a’ nya tidak satu, begitu juga dengan merek supermi yang juga ada sedap. Kalau orang tidak paham betul terkait mereknya, maka akan menguntungkan bagi produk pesaing, khususnya merek supermi,” tutupnya saat itu.(jr)