Bahas PLTS untuk Rumah Tangga Bersama LPPM Ubaya samueldim July 30, 2021

Bahas PLTS untuk Rumah Tangga Bersama LPPM Ubaya

Selasa, 29 Juni 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali mengadakan Seri Edukasi Masyarakat 2021. Pada seri ke-32 ini, tema yang dibawakan yaitu “Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Rumah Tangga: Apa Untung dan Ruginya?” Webinar ini diselenggarakan guna membagikan pengetahuan pada masyarakat mengenai topik yang terkait dengan keilmuan dari dosen di Ubaya. Berlangsung menggunakan zoom, sedikitnya 41 peserta dari berbagai daerah hadir pada acara hari itu. LPPM Ubaya mendatangkan dua dosen Fakultas Teknik Ubaya sebagai narasumber, yakni: Elieser Tarigan, S.Si., M.Eng., Ph.D dan Susilo Wibowo, S.T., M.Eng.

Diskusi dibuka oleh Elieser dengan membawakan materi “Pemanfaatan PLTS untuk Rumah Tangga”. Menurutnya, pemerintah telah menargetkan sebanyak 23 persen energi akan berasal dari energi terbarukan pada tahun 2021. Elieser menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk menggunakan energi surya, karena berada di deretan khatulistiwa. “Potensi kita ketika siang hari bisa setara dengan 1000 watt tiap meter perseginya. Sedangkan Surabaya potensi rata-ratanya 4800 watt per meter persegi,” tuturnya. Tidak hanya itu, Elieser memberikan contoh energi surya yang kerap kali digunakan di rumah yakni photovoltaics. Lalu Ia juga menjelaskan bagaimana cara untuk menghitung kapasitas PLTS disertai dengan studi kasus.

Susilo melanjutkan diskusi dengan membahas materi “Pilihan Battery/Accu untuk PLTS”. Menurutnya, baterai digunakan ketika kita menerapkan PLTS yangstand alone dan hybrid. “Baterai sendiri definisinya adalah alat yang dapat merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi listrik,” jelasnya. Susilo menuturkan bahwa baterai terbagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Baterai yang sering digunakan dalam PLTS adalah sekunder yang bisa digunakan kembali. “Paling banyak dipakai di PLTS saat ini adalah baterailead acid dan lithium,” ungkapnya. Susilo juga menjelaskan mengenai beberapa aspek dalam parameter baterai PLTS, seperti: cold cranking amperes, reserve capacity, dan masih banyak lainnya.

Pembahasan materi menarik banyak pertanyaan dari para peserta, salah satunya Rudy Hartanto. “Jika intensitas cahaya berkurang, apakah AC saya beresiko rusak atau hanya tidak menyala?” tanyanya. Elieser menjawab bahwa AC yang kita gunakan masih terhubung dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Tapi kita supply PLN dengan solar cell. Kalau dari sistemoff grid pakai AC itu sangat tidak dianjurkan karena biasanya inverter tidak kuat,” jelasnya.(et)