Bank Dunia: Pekerjaan Kelas Menengah Jalan Menuju Indonesia Sejahtera samueldim July 26, 2021

Bank Dunia: Pekerjaan Kelas Menengah Jalan Menuju Indonesia Sejahtera

JAKARTA – Laporan Bank Dunia bertajuk Pathways to Middle-Class Jobs in Indonesia mengatakan Indonesia perlu menciptakan lebih banyak pekerjaan kelas menengah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera. Pekerjaan kelas menengah bisa dalam bentuk formal sektor dan informal sektor.
‘Pekerjaan kelas menengah dapat diartikan sebagai pekerjaan yang membayar upah, gaji atau keuntungan yang memungkinkan keluarga pekerja rata-rata untuk mengkonsumsi cara hidup kelas menengah yang setara dengan 3,752 juta rupiah per bulan,’ kata Ekonom Bank Dunia Indonesia, Maria Monica Wihardja saat peluncuran daring laporan Bank Dunia, Rabu (30/6).
Monica menyampaikan Bank Dunia mencatat dari total 124 juta pekerja di Indonesia pada 2018, sebanyak 85 juta pekerja merupakan pekerja lepas, karyawan atau wiraswasta yang mendapatkan upah, gaji atau keuntungan pribadi. Sedangkan 39 juta lainnya merupakan pekerja keluarga yang tidak dibayar pekerja yang mengandalkan keuntungan bisnis.
Faktor Penghambat
Tiga faktor yang menghambat transisi Indonesia ke pekerjaan kelas menengah, lanjut Monica, adalah transformasi struktural belum mampu membawa peningkatan produktivitas yang cukup. Faktor kedua, struktur ekonomi yang tidak kondusif untuk mendukung pekerjaan kelas menegah, serta sebagian besar tenaga kerja Indonesia tidak siap untuk menjalankan pekerjaan kelas menengah.
Karenanya, lanjut Monica, Bank Dunia merekomendasikan reformasi kebijakan agar Indonesia dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan kelas menengah.
Sementara itu, pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan, tenaga kerja Indonesia berkualitas rendah memang beralasan. Beberapa alasan yang menyebabkan 33 perusahaan yang merelokasi dari Tiongkok tidak memilih RI sebagai lokasi baru adalah kesiapan tenaga kerja, infrastruktur, serta faktor kepastian hukum dan korupsi.
‘Sudah sejak lama, pendidikan SDM kita hanya tujuannya mencari ijazah saja, sehingga terlembat mengejar kompetensi, melalui SMK, dan vokasi. Ini meyebabkan kompetisi SDM kita masih jauh di bawah Malaysia dan Vietnam. Menyiapkan SDM lewat pendidikan perlu ditingkatkan, dengan sistem vokasi,’ kata Wibisono.
Menurut dia, rata-rata lulusan tenaga kerja Indonesia masih SMA, sedangkan yang sarjana juga belum siap kerja. Bisa dilakukan lewat inovasi kurikulum, dan menggunakan konsep triple helix, pemerintah perlu meningkatkan peran swasta dalam sinergi ini agar lebih luas calon tenaga kerja yang bisa menikmati pelatihan.
(Ant/ers/SB/N-3)
Sumber: koran-jakarta.com