Seputar Influencer Saham di Tengah Pandemi Covid-19 samueldim May 24, 2021

Seputar Influencer Saham di Tengah Pandemi Covid-19

Universitas Surabaya Investor Club (UVEST) dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) mengadakan webinar yang berjudul Influencer Saham: Vaksin or Racun di tengah Covid-19? pada Rabu, 5 Mei 2021. Tema dari acara ini adalah adalah investasi yang benar dan asal serta maraknya tren influencer saham. Webinar diselenggarakan dengan tujuan menambah wawasan seputar investasi saham yang tepat. Acara dimoderatori oleh Bertha Silvia Sutejo S.E., M.Si., CSA. selaku dosen FBE dan dihadiri oleh Dewi Sriana Rihantyasni selaku Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Timur sebagai pembicara. Diselenggarakan melalui aplikasi Zoom, webinar diikuti oleh 196 partisipan.

Dewi mengungkapkan bahwa kondisi pasar modal pada masa awal pandemi sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai oleh turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan begitu tajam. Namun, masa pandemi yang memaksa sebagian besar masyarakat Indonesia untuk tetap di rumah membuat masyarakat tertarik dengan saham. “Orang mungkin banyak yang berpikir, ‘Di rumah bisa ngapain nih untuk menghasilkan uang?’” jelas Dewi. Dewi memaparkan bahwa hal tersebut menyebabkan IHSG dan jumlah investor meningkat pada 2020 sehingga dijuluki sebagai tahun kebangkitan investor.

Tidak dapat dimungkiri bahwa media sosial merupakan tren pada saat ini dan banyak digandrungi oleh berbagai kalangan. Dewi mengungkapkan bahwa kini orang-orang juga mencari tahu berbagai hal ataupun menghasilkan uang melalui media sosial. Ia mengatakan bahwa beberapa orang yang terkenal atau mempunyai banyak followers terkadang mengunggah bahwa dirinya membeli saham tertentu. “Hal ini biasanya membuat orang-orang lain atau yang ngefans dengan public figure tersebut menjadi tertarik untuk membeli saham yang sama,” ujar Dewi. Namun, yang menjadi permasalahan adalah kurangnya pengetahuan fundamental orang-orang yang membeli saham karena hanya ikut-ikutan. “Kita bisa kaya dari saham, tapi bukan cepat kaya. Hal yang paling penting adalah untuk terus belajar,” ucap Dewi.

Dewi juga mengungkapkan bahwa influencer saham memiliki dampak positif dan negatifnya tersendiri. “Dengan adanya influencer saham, pasar modal dapat ter-blow up,” jelasnya. Namun, ia mengungkapkan bahwa sisi negatifnya adalah meningkatnya investor yang hanya sekadar ikut-ikutan tanpa mempelajari saham perusahaan yang dibeli. “Sebenarnya pandangan atau rekomendasi dari orang lain itu boleh saja kita terima, tapi keputusan tetap berada pada diri kita sendiri,” jelas Dewi.

Pada sesi tanya jawab, seorang partisipan bernama Qonita Hapsari menyampaikan pertanyaan, “Di beberapa waktu yang lalu saat pandemi sedang marak, apakah terjadi penurunan harga saham? Bagaimana cara BEI mengatasi hal tersebut?”. Menanggapi pertanyaan tersebut, Dewi mengungkapkan bahwa penetapan harga merupakan dampak dari transaksi penjual dan pembeli saham. Langkah pengamanan tersebut diimplementasikan dengan auto rejection system yaitu penolakan secara otomatis terhadap penawaran jual dan permintaan beli yang melampaui batasan harga yang telah ditetapkan oleh BEI.(jes)