Berkenalan dengan Vaksin COVID-19 hayuning February 11, 2021

Berkenalan dengan Vaksin COVID-19

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan webinar yang berjudul Things Everyone Should Know about COVID-19 Vaccine pada Sabtu, 30 Januari 2021. Webinar ini ditujukan untuk mengenal vaksin COVID-19 secara lebih mendalam. Acara ini dihadiri oleh dua pemateri yakni dr. Risma Ikawaty Ph.D., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Ubaya, dan dr. Heru Wijono Sp.PD, FINASIM, selaku Dosen Fakultas Kedokteran Ubaya. Acara diikuti oleh mahasiswa kedokteran Ubaya berbagai angkatan.

Risma selaku narasumber pertama menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 harus diproduksi dengan cepat karena kebutuhan yang darurat. Walaupun darurat, Risma juga mengungkapkan bahwa tetap terdapat tiga pertimbangan penting dari vaksin, yaitu imunogenisitas, efikasi, dan efektivitas. “Imunogenisitas adalah kemampuan vaksin untuk menimbulkan respon imun pada individu yang telah divaksin,” jelasnya.

Tiga pertimbangan inilah yang terus diperhatikan dalam proses pengadaan vaksin Covid-19. “Pandemi ini terus berlanjut dan belum diketahui kapan berakhir. Segala cara akan kita coba untuk menghentikannya,” tungkasnya. Selain berharap pada vaksin, Risma memperjelas bahwa 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) masih sangat perlu untuk diterapkan. “Sekarang malah menjadi 5M, ditambah dengan menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas,” tambah Risma.

Heru Wijono mengatakan bahwa tujuan dari vaksinasi adalah mencapai Herd Immunity minimal 70 persen. “Ketika ada satu orang yang belum divaksin mengidap COVID-19, maka yang telah divaksin tidak akan tertular ataupun menularkan ke yang lain,” jelasnya. Selain itu, ia juga memaparkan bahwa vaksinasi diperlukan untuk mempersingkat waktu pembentukan antibodi. “Dengan vaksin, tubuh tidak perlu tujuh hari untuk membentuk antibodi. Hal ini akan mencegah virus berkembang biak dalam waktu lama,” imbuh Heru.

Berbicara terkait banyaknya produk vaksin COVID-19, Heru menyatakan bahwa vaksin yang paling aman adalah Sinovac. Hal ini dikarenakan penggunaan inactivated virus atau virus yang telah dimatikan dalam vaksin tersebut. Namun, penggunaan vaksin ini dapat berbahaya apabila disuntikkan kepada orang yang daya tahan tubuhnya sedang lemah. Heru memaparkan bahwa penggunaan vaksin inactivated virus ini memiliki risiko yang lebih rendah dan lebih mudah penyimpanannya bila dibandingkan vaksin mRNA. “Vaksin mRNA seperti Moderna dan Pfizer memang lebih tinggi tingkat efikasinya, tetapi masih perlu diteliti lebih lanjut,” ucapnya.

Heru menjelaskan bahwa pasien penderita diabetes dan hipertensi masih bisa mendapatkan vaksin dengan pertimbangan khusus. Sedangkan, vaksinasi untuk ibu hamil kurang disarankan karena masih belum diteliti secara mendalam. “Orang yang sudah pernah mengidap COVID-19 tidak perlu divaksin lagi, karena antibodi terhadap virus tersebut masih kuat,” jelasnya. (RE1, ET)