Hindari Penyalahgunaan Narkoba Dengan Perdalam Wawasan hayuning December 2, 2020

Hindari Penyalahgunaan Narkoba Dengan Perdalam Wawasan

Sabtu, 7 November 2020 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Medical Rescue Universitas Surabaya kembali menggelar webinar Napza. Dengan tajuk Be Brave to Say No, Be Brave to Live Well, diharapkan para generasi muda dapat menghindari narkoba demi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Sedikitnya 490 peserta dari kalangan Ubaya maupun non-Ubaya turut berpartisipasi dalam webinar yang digelar melalui aplikasi Zoom.

dr. Singgih Widi Pratomo, S.H., M.H. selaku Kepala Seksi Rehabilitasi BNN Kota Surabaya turut hadir menjadi pembicara pada malam itu. Beliau menyampaikan bahwa faktor penyebab dari penyalahgunaan narkoba bukan hanya faktor individual, melainkan terdapat faktor lain seperti faktor sosial dan narkoba. “Orang yang rentan terkena stres akan lebih mudah terpengaruh secara individu untuk menjadi penyalahguna narkotika,” ungkap Singgih. Hal ini dapat terjadi apabila orang tersebut didukung oleh lingkungan zona merah. “Zona merah disini adalah mereka yang pengangguran atau yang melakukan tindak kriminal. Orang-orang tersebut sangat berpotensi menjadi penyalahguna narkotika,” sambungnya.

Lebih lanjut, Singgih menjelaskan mengenai rehabilitasi yang kerap dianggap sebagai bentuk penyembuhan terhadap orang yang terkena narkotika. “Tujuan dari rehabilitasi itu bukan untuk menyembuhkan, tetapi memulihkan,” tangkas Kepala Seksi Rehabilitasi BNN Kota Surabaya tersebut. Menurutnya, upaya pemulihan terhadap orang yang terkena narkoba tidaklah mudah. “Untuk itu, tugas kita sebagai masyarakat adalah membantu pemerintah dalam melakukan sosialisasi tentang bahaya narkoba,” ajaknya kepada seluruh peserta yang hadir malam itu.

Materi yang dibawakan mendapat antusiasme dari para peserta. Antusiasme ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan pada sesi tanya jawab. Salah satu peserta yang berasal dari Ubaya menanyakan terkait orang-orang yang memalsukan narkoba hingga sulit untuk diidentifikasi. Singgih menjelaskan bahwa sebagian besar narkoba masuk melalui perairan. “Ini yang menjadi kelemahannya. Kebanyakan dari pelabuhan, stasiun kereta api, dan stasiun bus masih belum memiliki keamanan yang ketat seperti di bandara sehingga memungkinkan narkoba sulit untuk diidentifikasi,” jawab Singgih menutup webinar kali ini.(RE4,jr)