Belajar dan Kreasikan Pengukuran Psikologis hayuning October 30, 2020

Belajar dan Kreasikan Pengukuran Psikologis

Sabtu, 10 Oktober 2020 Mata Kuliah Pengukuran Skala Psikologi (PSP) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya mengadakan webinar bertajuk “Modern Assessment: How to Create?”. Acara ini merupakan kolaborasi dengan perusahaan Talentlytica dengan tujuan untuk berbagi kisah bagaimana cara merintis perusahaan pengukuran psikologis. PSP Ubaya mendatangkan Drs. Aswin Januarsjaf, S.Psi, M.M selaku CEO Talentlytica untuk menjadi narasumber.


Aswin membuka diskusi dengan membagikan kisahnya kenapa bisa tertarik pada instrumen pengukuran psikologis. Menurutnya, passion dan kesukaan yang telah ditekuni dari dulu adalah information technology (IT). “Setelah mengalami kegagalan, saya baru berpikir kenapa tidak kita gabungkan antara programming dengan ilmu psikologi,” ujarnya.


Pada saat masuk psikologi, Aswin menjelaskan bahwa banyak tes yang dilakukan secara manual. Sehingga banyak orang yang mengeluh karena perlu memindahkan hasil capaian ke grafik yang dibuat secara manual. “Lalu saya berpikir kenapa tidak menggunakan kemampuan saya untuk membuat grafik kerja,” ujarnya. Program yang dibuat mendapatkan respon positif dan dijadikan sebagai bahan skripsinya. Mulai dari situ, Aswin kerap kali membuat program alat tes yang dibutuhkan atau diminta.


Menurut Aswin, sejak 2014 sudah banyak permintaan program tes yang dilakukan online semakin banyak. Sehingga mulai saat itu banyak tes online yang telah dirilis. Dalam pembuatannya, Aswin memberikan pesan supaya bisa percaya diri. “Membuat alat tes itu harus percaya diri. Kalau tidak percaya diri, anda berarti menghancurkan nasib orang,” ujarnya. Hal itu dapat terjadi karena dapat terjadi beberapa kesalahan apabila kurang percaya diri, adanya labelling pada interpretasi merupakan salah satu contohnya.


Pemaparan materi menarik banyak pertanyaan dari para peserta. “Selama mengembangkan alat tes apakah ada kegagalan yang pernah dialami dan bagaimana cara melaluinya?” tanya salah satu peserta. Aswin menjawab bahwa tidak mungkin ada yang tidak pernah gagal. “Kita memandang kegagalan sebagai hal yang membuat kita matang dan memperkuat segala hal,” jelasnya. (et)