Apresiasi Emosi Anak, Hindari Membentak hayuning October 20, 2020

Apresiasi Emosi Anak, Hindari Membentak

Pada masa pandemi seperti ini, hak anak untuk bermain dan belajar di lingkungan yang baik terampas. Anak terpaksa menghabiskan waktu di rumah. Dampaknya, waktu anak untuk bersosialisasi dengan rekan sebaya pu berkurang. Hal itu berpotensi memunculkan emosi negatif anak. Lantas, bagaimana sebaiknya orang tua bersikap? Berikut penjelasan Adelia Kesumaningsari S.Psi., M.Sc., dosen Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya sekaligus peneliti psikologi perkembangan anak.
Hati-Hati Beri Hukuman, Bangun Komunikasi
Jika anak bersikap mengarah ke perilaku destruktif, seperti mencakar, mencubit, atau membanting pintu, maka orang tua harus menghentikannya, caranya, dengan memberikan sikap disiplin positif. Misalnya, dengan mengambil hak istimewa anak.
‘Kalau anak punya waktu main game 2 jam sehari, maka dikurangi jadi 1 jam akibat perilaku destruktifnya. Kita nggak ambil haknya sepenuhnya, tapi sebagian,’ ujar Adelia Kesumaningsari, S.Psi., M.Sc., dosen Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Pemberian hukuman, apalagi di masa pandemi, tidak disarankan Adelia karena malah menambah beban anak. ‘Bukan malah mengurangi perilaku negatifnya. Marah-marah atau emosinya jadi tidak terkontrol,’ katanya.
Bagi orang tua yang memili anak tunggal, tantangannya pun menjadi ekstra. Sebab, tidak ada saudara yang berperan sebagai teman anak di rumah. Untuk itu, orang tua perlu menyediakan waktu setidaknya 2 jam sehari untuk bermain bersama anak. ‘Kalau bisa, interaksi dilakukan terus menerus,’ cetus Adelia.
Demi menjaga kesejahteraan sosial anak, Adelia menyarankan orang tua untuk sering menelepon teman sang buah hati atau saudara. Dengan demikian, anak punya lawan bicara yang sebaya. ‘Harus membangun situasi yang natural untuk terus rutin berkomunikasi,’ pungkasnya. (adn/ran)
Sumber: Jawa Pos, 11 Oktober 2020