Kupas Tuntas Cara Taiwan Hadapi Covid-19 hayuning June 20, 2020

Kupas Tuntas Cara Taiwan Hadapi Covid-19

Universitas Surabaya (Ubaya) selalu ingin mengedukasi dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Dalam masa-masa pandemi Covid-19 ini, Ubaya ingin berkontribusi lebih dalam membantu menyebarkan informasi yang baik dan benar tentang penyakit ini. Pada 9 Juni 2020, Direktorat Kerjasama Kelembagaan Universitas Surabaya (DKK Ubaya) mengadakan webinar untuk mendorong tujuan tersebut. Webinar dengan tajuk “Normal Social Life and Activities in Combating the COVID-19 Pandemic: Best Practices from TAIWAN” menghadirkan Fajar Nuradi selaku Kepala Bidang Perlindungan WNI dan Penerangan Sosial Budaya Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, untuk sharing penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Taiwan. Webinar ini dihadiri oleh 45 orang awam, praktisi, dan akademisi.

“Tentunya bisa menjadi referensi penerapan New Normal di Indonesia yang mungkin akan diadakan dalam waktu dekat,” ungkap Adi Prasetyo Tedjakusuma B.Bus., M.Com., selaku Direktur Kerjasama Kelembagaan Ubaya. Pasalnya, Taiwan berhasil memecahkan rekor sebagai negara dengan 58 hari berturut-turut tanpa kasus baru, tanpa kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang dilakukan Indonesia.

“Taiwan cukup sensitif ketika ada wabah misterius di Wuhan,” jelas Fajar. Ia pun menuturkan bahwa semenjak isu tersebut muncul, pemerintah sudah membentuk tim gabungan untuk menginvestigasi hal tersebut. “Sekitar akhir Desember Taiwan sudah bergerak,” jelasnya. Hasil investigasi tim ini dibawa dan awal Januari Taiwan sudah meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19. Persiapan sejak awal tahun ini membuat Taiwan siap ketika kasus positif pertama muncul di akhir Januari.

Fajar pun menuturkan bahwa Taiwan sudah memiliki sistem yang disiapkan dari tahun-tahun sebelumnya. “Ketika akhir Januari ada kasus, langsung ditetapkan status kewaspadaan tertinggi terhadap Covid-19,” jelas Fajar. Dengan adanya kewaspadaan ini maka pemerintah mengaktifkan lembaga yang serupa Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia. Bedanya, Gugus Tugas ini melibatkan lintas kementerian dan memiliki kewenangan yang tertinggi dan diikuti oleh kementerian-kementerian terkait.

Taiwan membedakan dua jenis kasus Covid-19, yakni kasus impor dan transmisi lokal. “Pada Taiwan paling banyak kasus impor karena penjagaan transmisi lokal sangat ketat,” jelas Fajar. Fajar menilai hal ini disebabkan karena tingkat disiplin warga Taiwan dan kesigapan pemerintah Taiwan yang tinggi.

Kewaspadaan ini terkait kesiapan kelembagaan yang mereka lakukan untuk penanganan wabah. Pasalnya, tahun 2003 Taiwan sudah pernah terkena wabah SARS, sehingga mereka sudah mempersiapkan menghadapi wabah. “Memang sudah menjadi kebiasaan hidup mereka untuk memakai masker di area publik,” jelasnya. Sejak tahun 2003 itu, pemerintah Taiwan pun juga sudah menyiapkan fasilitas kesehatan dan APD sehingga kebutuhan tercukupi saat pandemi.

Pemerintah Taiwan juga memanfaatkan jaringan telekomunikasi dengan baik. “Adanya update informasi yang detail melalui SMS secara terus menerus, misal daerah anda positif sekian dan berapa sembuh,” jelasnya lagi. Hal ini menjadi faktor pendukung Taiwan dalam menekan angka transmisi lokal Covid-19 tanpa kebijakan lockdown. Semua berjalan dengan normal. Melalui Taiwan, Fajar pun mengajak kita untuk selalu bersiap-siap dan berjaga-jaga. “Kita tidak berharap pandemi di masa mendatang, tapi kita harus sadar bahwa persiapan itu perlu,” tutupnya. (sml)