Urban Farming, Masa Depan Umat Manusia hayuning May 29, 2020

Urban Farming, Masa Depan Umat Manusia

Menghadapi berbagai ketidakpastian kondisi kedepan, manusia perlu berinovasi untuk selalu bisa beadaptasi. Salah satunya dalam bidang pangan. Keterbatasan lahan dan kebutuhan yang meningkat tentunya menjadi permasalahan tersendiri. Menjawab tantangan tersebut, Direktorat Manajemen Inovasi Universitas Surabaya (Ubaya Innovation Hub) mengadakan sebuah webinar yang membahas terkait Urban Farming (pertanian perkotaan) sebagai salah satu solusi masalah tersebut.

Webinar dengan tajuk Urban Farming: The Future Of Our Survival ini menghadirkan Johan Sukweenadhi, Ph.D., selaku Dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya, serta Vicky Chu, S.Si., dan Putu Swantara, S.Si., selaku praktisi dari Nextdoor Hydroponic, yang juga merupakan alumni Fakultas Teknobiologi Ubaya. Acara yang diadakan pada hari Selasa, 19 Mei 2020 ini dihadiri setidaknya 140 peserta.

“Ubaya mensupport pengembangan kewirausahaan dan inovasi,” tukas Prof. Drs.ec. Sujoko Efferin, M.Com (Hons)., M.A., Ph.D., selaku Direktur Manajemen Inovasi. Dalam kesempatan ini, Sujoko menjelaskan bahwa peran Urban Farming adalah masa depan pemenuhan kebutuhan manusia akan makanan sehat dan lingkungan yang ramah. “Urban farming krusial untuk menyehatkan lingkungan perkotaan sekaligus memberi makanan yang sehat,” jelasnya.

Pada kesempatan kali ini, Johan selaku pembicara pertama menuturkan apa itu urban farming. “Praktek membudidayakan, memproses, mendistribusikan komoditas, baik tanaman atau hewan, mulai dari desa hingga ke kota,” jelasnya. Urban farming ini terdampak dari munculnya urbanisasi yang menyebabkan tingginya kebutuhan untuk produk pangan. “Budidaya ikan, ayam, kambing, nila, lebah, jamur, sayur, dsbnya. Tujuannya supaya bisa diserap oleh masyarakat yang berada di kota itu sendiri,” jelasnya.

Selanjutnya, Putu dan Vicky pun mensharingkan pengalaman mereka mengelola Nextdoor Hydroponic sejak tahun 2018. “Tujuannya memang ingin mengaplikasikan ilmu yang didapatkan, bermanfaat buat sekitar,” jelas Putu. Salah satu Teknik yang ia gunakan adalah Nutrient Film Technique. Teknik ini memungkinkan adanya pengaliran air yang konstan tanpa mengambil udara panas di luar.

Diskusi ini pun memancing rasa ingin tahu dari peserta. “Seberapa sering air harus diganti?” tanya Donnie Praditya. Putu pun menjawab ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus sebelum memutuskan air diganti atau tidak. “Salah satu indikatornya adalah nutrisi makro dan mikro,” pungkas Putu. (sml)