Toxic Positivity: Ucapan Positif yang Berdampak Negatif hayuning April 17, 2020

Toxic Positivity: Ucapan Positif yang Berdampak Negatif

Sumber: pixabay.com (@robinhiggins)

“Kamu harus tetap positif! Diluar sana masih banyak yang nggak seberuntung kamu!” Kalimat tersebut mungkin sudah tak asing di telinga kita ketika sedang berbagi cerita ke orang lain. Pada umumnya memang manusia akan cenderung berbagi kisah dengan orang lain ketika sedang mengalami masalah. Alih-alih mendapat dukungan, tak jarang balasan yang didapat justru malah memaksa kita untuk menyembunyikan emosi negatif tersebut. Hal itu yang biasa disebut sebagai toxic positivity. Sadar atau tidak, mungkin kita juga pernah melakukan hal serupa ketika orang lain bercerita mengenai masalah hidupnya.

Toxic positivitymerupakan suatu pola pemikiran untuk selalu berpikir positif serta menganggap bahwa hal tersebut merupakan cara yang tepat untuk menjalani hidup Dengan kata lain, kita hanya menerima hal-hal positif dalam hidup dan menolak hal-hal lainnya termasuk emosi negatif. Hal ini seperti suatu paradoks, ucapan-ucapan positif dihadapkan pada emosi negatif dapat menjadi racun bagi mereka yang menerimanya. Tak jarang, mereka yang sedang memiliki masalah akan menjadi lebih larut dalam emosi negatif ketika diberi dukungan dengan kalimat-kalimat positif yang tidak tepat. Hal tersebut dapat terjadi karena orang yang sedang memiliki masalah cenderung ingin dimengerti, tak cukup diberi simpati melainkan perlu ditunjukkan empati.

Berusaha untuk selalu berpikir positif juga berarti berusaha untuk menyangkal emosi negatif yang hadir atau berusaha untuk menolak perasaan kita yang sebenarnya. Faktanya, penyangkalan emosi tersebut dapat berdampak tidak baik. Dilansir dari Psychology Today, berusaha untuk menolak atau menyangkal emosi negatif sama saja dengan membuat emosi tersebut menjadi lebih besar. Hal itu dikarenakan emosi negatif tersebut tidak dikontrol atau diproses akibat dari penyangkalan dalam diri. Sederhananya, apabila kita merasa sangat sedih lalu menangis, perasaan akan cenderung lega setelah selesai menangis. Apabila kita memendamnya dan berusaha untuk tidak menangis akibatnya akan terasa sesak, kalut, atau bahkan dapat timbul perasaan-perasaan negatif lainnya.

Salah satu cara untuk meredakannya adalah dengan menerima emosi negatif. Tak selamanya kehadiran emosi negatif buruk. Emosi tersebut justru dapat membantu kita untuk mengatasi masalah. Sebagai contoh ketika kita merasa cemas saat hendak presentasi di depan dosen, cemas akan segala macam pertanyaan yang diajukan dosen kepada kita, atau bahkan cemas tidak menguasai materi yang disampaikan. Kecemasan tersebut dapat membantu kita untuk mencari solusi mengenai apa yang kita cemaskan. Dalam contoh tersebut bisa jadi dengan berlatih presentasi di depan cermin agar tidak terlalu gugup, belajar lebih sungguh-sungguh mengenai materi yang hendak dipresentasikan, serta lebih memperdalam materi agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,

Selain menerima emosi yang hadir, ada baiknya juga kita menggunakan kata-kata yang tepat untuk memberikan dukungan kepada mereka yang sedang mengalami masalah. Dari yang pada awalnya “Kamu kurang bersyukur!” diubah dengan “Wajar kalau kamu kecewa dalam keadaan seperti ini” atau “Tetap positif!” diganti menjadi “Terkadang segala sesuatu memang tidak terjadi sesuai yang kamu harapkan, kira-kira apa kebaikan dibalik semua ini?” Selain itu, cobalah untuk tidak membandingkan pengalaman orang yang sedang bercerita dengan pengalaman yang kita miliki, “Ah kamu baru segitu..aku pernah mengalami yang lebih buruk!” diganti dengan “Sepertinya kamu mengalami hal berat saat ini ya. Tapi aku dan kamu sama-sama pernah melewatinya, jadi kita akan melewatinya lagi.”

Pemilihan kata-kata yang tepat dapat menghindari toxic positivity itu sendiri. Maka dari itu, sejak saat ini cobalah untuk tunjukkan empati, sampingkan ego diri, dan berhenti sebarkan toxic positivity! (feb)

Bibliografi:

Fante, M. (2019, November 18). Tanks Good News. Retrieved April 10, 2020, from Tanks Good News Web site: https://tanksgoodnews.com/2019/11/18/toxic-positivity/

Lukin, K. (2019, Agustus 1). Psychology Today. Retrieved April 10, 2020, from Psychology Today Web site: https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-man-cave/201908/toxic-positivity-dont-always-look-the-bright-side