Update Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Dunia hayuning April 15, 2020

Update Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Dunia

Ilustrasi sains.
Sumber: freepik.com (@freepik)

Selama seminggu tim penulis telah mengkurasi dan merangkum kumpulan berita tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari penjuru Dunia. Kami berharap rangkuman berita ini memberikan insight kepada pembaca, dan berkontribusi terhadap tersebarnya informasi yang baik dan benar. Sumber berita diambil dari sumber yang terpercaya.

1. Peneliti menemukan enam jenis Coronavirus baru pada Kelelawar

Peneliti dari Smithsonian’s Global Health Program menemukan enam jenis Coronavirus baru di binatang kelelawar pada daerah Myanmar. Pertama kalinya enam jenis Coronavirus ini dideteksi di penjuru dunia. Menurut peneliti, enam jenis Coronavirus ini tidak berrelasi dekat dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS CoV-1), Middle East Respiratory Syndrome (MERS) ataupun COVID-19. “Frekuensi manusia berinteraksi dengan alam semakin meningkat, semakin kita memahami virus-virus yang ada dalam hewan, kita akan mampu mengurangi potensi pandemi berikutnya,” jelas Dr. Marc Valitutto, seorang dokter hewan margasatwa dari Smithsonian’s Global Health Program. Proyek ini merupakan bagian dari proyek PREDICT, yang mendukung penemuan dan pengawasan patogen berbahaya yang berpotensi menginfeksi manusia melalui hewan.

Sumber: Smithsonian’s National Zoo and Conservation Biology Institute. (2020, April 9). Scientists discover six new coronaviruses in bats: No evidence novel coronaviruses pose a risk to human health. ScienceDaily. Retrieved April 13, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200409141429.htm

2. Gawai tidak memengaruhi kemampuan bersosialisasi anak secara signifikan

Peneliti dari Ohio State University, menemukan bahwa kemampuan sosial anak jaman sekarang sama ‘fasih’nya dengan generasi sebelumnya. Peneliti membandingkan dua grup besar, grup pertama yakni mereka yang memulai TK pada tahun 1998 (6 tahun sebelum Facebook launching), dan grup kedua yakni mereka yang mulai sekolah pada tahun 2010 (ketika iPad pertama kali launching. Dua grup ini dibandingkan berdasarkan evaluasi guru dan orang tua. Douglas Downey, Ph.D., seorang pengajar dari Departemen Sosiologi Ohio State University berargumen bahwa perbandingan dua grup ini menghasilkan nilai yang sama di beberapa aspek yang berbeda. Salah satunya dalam hal self-control, dan kemampuan meregulasi amarah. “Sedikit fakta bahwa paparan layar gawai bermasalah untuk social skill anak,” jelasnya.

Sumber: Douglas B. Downey, Benjamin G. Gibbs. Kids These Days: Are Face-to-Face Social Skills among American Children Declining? American Journal of Sociology, 2020; 125 (4): 1030 DOI: 10.1086/707985

3. Hilangnya kemampuan indra penciuman dan indra pengecap divalidasi sebagai salah satu simptom awal pasien Covid-19

Peneliti dari University of California San Diego (UCSD) menerbitkan hasil empiris yang membuktikan ada asosiasi yang kuat antara penurunan / hilangnya kemampuan pengindraan dan Covid-19. Carol Yan, M.D., seorang Dokter Spesialis THT (otolaryngologist) dan ahli bedah kepala dan leher di Departemen Kesehatan UCSD, mengatakan bahwa hilangnya kemampuan indra penciuman dan indra pengecap menandakan kemungkinan yang lebih besar terinfeksi oleh Covid-19 (dibanding jenis infeksi lain). “Gejala paling umum adalah demam, tetapi kelelahan, hilangnya indra penciuman dan indra pengecap juga merupakan gejala yang umum,” jelasnya. Melalui hasil penelitian ini, tim peneliti mengajak praktisi medis untuk memasukkan gangguan sensorik sebagai prosedur screening standar Covid-19.

Sumber: Carol H. Yan, Farhoud Faraji, Divya P. Prajapati, Christine E. Boone, Adam S DeConde. Association of chemosensory dysfunction and Covid-19 in patients presenting with influenza-like symptoms. International Forum of Allergy Rhinology, 2020; DOI: 10.1002/alr.22579

4. Tentang Covid-19, masyarakat umum sebaiknya didorong untuk menggunakan masker

Banyak pro dan kontra mengenai penggunaan masker untuk masyarakat umum. Hingga 9 April 2020, beberapa pemerintahan di dunia menghimbau warganya untuk menggunakan masker. Namun World Health Organization (WHO) tidak mengeluarkan himbauan soal penggunaan masker untuk masyarakat awam. WHO berargumen bahwa masker sebaiknya digunakan oleh tenaga medis yang merawat pasian suspect Covid-19 (WHO, 2020). Beberapa ahli berargumen bahwa ketergantungan masyarakat terhadap masker akan membuat metode yang lebih efisien dalam mencegah (misal: mencuci tangan) menjadi terlupakan. Trisha Greenhalgh OBE FRCP FRCGP FMedSci, seorang akademisi dari Oxford University beserta kolega berargumen bahwa dalam konteks Covid-19, masyarakat sebaiknya juga diajarkan cara memakai masker yang benar dan tetap tidak melupakan pencegahan Covid-19 lainnya. “Masker itu simpel, dan memiliki peluang efektivitas tinggi,” jelas Trisha.

Sumber:

BMJ. (2020, April 9). Time to encourage people to wear face masks as a precaution, say experts: Despite limited evidence, they could have a substantial impact on transmission with a relatively small impact on social and economic life. ScienceDaily. Retrieved April 13, 2020 from www.sciencedaily.com/releases/2020/04/200409105405.htm

WHO. (2020, April 14). When and How to Use Masks. Retrieved from World Health Organization: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/when-and-how-to-use-masks

Berikut kumpulan berita-berita untuk minggu ini, kiranya dapat memberi insight untuk para pembaca yang sedang #DiRumahAja. Stay safe! Indonesia sehat, Indonesia bisa. Jangan lupa menjaga kesehatan ya! (sml)