SURABAYA – Ampas tebu sering kali hanya menjadi limbah. Di tangan Wenny Friskillia, limbah tersebut dapat dijadikan pengganti anyaman bambu. Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) itu pun menyulapnya menjadi suvenir cantik.
Inovasi baru tersebut dipraktikkan Wenny di selasar gedung Fakultas Psikologi Ubaya kemarin (8/1). Mulai proses mengolah ampas tebu menjadi anyaman hingga aneka suvenir khas daerah Indonesia.
Wenny mengatakan, ide pembuatan produk tersebut berawal saat melihat penjual minuman tebu. Banyak ampas yang terbuang sia-sia. Saat diriset, ampas memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, sama seperti bambu. ‘Karena ada kesamaan, makanya saya ingin menjadikan ampas tebu anyaman,’ katanya.
Mahasiswa prodi desain manajemen produk fakultas industri kreatif (FIK) itu menjelaskan, anyaman tersebut diambil dari bagian kulit terluar tebu. Prosesnya cukup mudah. Ampas tebu dijemur hingga kering sekitar 2-3 hari. Setelah kering, kulit dan bagas tebu baru dipisahkan. ‘Saya ambil kulit terluar saja,’ ucapnya.
Menurut Wenny, kesulitan membuat anyaman dari ampas tebu adalah menyamakan ketebalan. Sebab, kulit tebu yang terlalu tebal lebih mudah patah. ‘Kalau terlalu tipis juga mudah patah,’ katanya.
Inovasi WEnny itu diberi nama NEBU. Dia menambahkan, dari hasil riset, lima permainan tradisional dari lima daerah bisa dijadikan suvenir. Yakni, kapal jong dari Kepulauan Riau, kapal sandeq dari Sulawesi Barat, lompat batu dari Sumatera Utara, latang kaghati dari Sulawesi tengah, dan layang kleung dari Aceh. ‘Untuk membuat satu suvenir butuh waktu dua hari,’ tuturnya.
Dosen FIK Guguh Sujatmiko menambahkan, produk anyaman amps tebu tergolong baru dalam penelitian. Mahasiswa memang dituntut untuk bisa membuat karya yang juga bisa menjadi solusi masyarakat. ‘Ampas tebu jika dibuang begitu saja sangat disayangkan. Jadi, inisiatif menjadikan sebagai suvenir bernilai tinggi,’ tuturnya. (ayu/c15/dio)
Sumber: JawaPos, 9 Januari 2020