Ajarkan Penerapan Antropologi Forensik Melalui Peraga Nyata hayuning December 5, 2019

Ajarkan Penerapan Antropologi Forensik Melalui Peraga Nyata

Selasa, 26 November 2019, Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan kuliah umum bagi mahasiswanya di Gedung Fakultas Teknobiologi. Kuliah umum dengan tajuk ‘The Application of Anthropology Sciences in Medicolegal Death Investigations’ ini menghadirkan Prof. Dra. Myrtati D.A., M.A., Ph.D., seorang Guru Besar di bidang Ilmu Antropologi. Kuliah umum ini dihadiri setidaknya 40 mahasiswa yang mengambil peminatan Kesehatan dan Forensik di jenjang S1 dan S2.
Pada kesempatan kali ini Prof Myrtati menjelaskan bidang Antropologi Forensik. Keilmuan ini memungkinkan seseorang untuk mengetahui identitas / profiling seseorang melalui tulang-belulang. Untuk mendukung penjelasannya, Prof Myrtati membawa beberapa alat peraga, yakni tulang belulang manusia yang didapatkan sejak jaman Indonesia masih dijajah. Adapun tulang yang dibawa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan komposisi Tulang Tengkorak dan Tulang Paha.
“Kedua tengkorak ini milik manusia yang sedang menempuh usia 30 tahun (pada saat kematiannya),” tukas Prof Myrtati membuat peserta berdecak kagum. Ia pun menuturkan bahwa dari semua tulang yang paling menarik adalah gigi. Gigi adalah bagian tulang yang paling susah berubah karena lingkungan, sehingga umumnya pembacaan mengenai gigi paling dikenal dengan metode dental profiling. “Dari ras, usia, gender pun bisa dibaca melalui gigi,” tukasnya pada peserta. Karena hal itu seringkali beberapa tontonan populer sering menyebutkan catatan gigi untuk memprediksi waktu kematian dan profil orang tersebut.
Teramat seru aktivitas kuliah umum saat itu, sampai sampai muncul banyak pertanyaan seputar antropologi forensic. “Bagaimana mengidentifikasi kerusakan tulang atau luka saat menusia tersebut masih hidup atau sudah meninggal?”, ungkap satu pertanyaan dari Aloysia mahasiswa S2 Fakultas Teknobiologi. Prof Myrtati dengan tegas menjawab jika luka pada tengkorak ada tanda penyembuhan berarti bekas luka terjadi saat manusia masih hidup. Begitu sebaliknya jika retak tidak ada penyembuhan, maka bekas luka tersebut terjadi setelah manusia meninggal. Dan masih banyak pertanyaan lain yang sangat beragam. Kuliah umum diakhiri dengan foto seluruh mahasiswa yang hadir bersama Prof Myrtati. (sml)