Sabtu, 2 November 2019 Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan Seminar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan Pelatihan Himpunan Seminar Farmasi Industri (Hisfarin) Jawa Timur 2019. Seminar ini dilaksanakan terkait Implementasi 2D Barcode. Sebanyak 400 peserta dari berbagai daerah turut hadir dalam seminar tersebut, mulai dari Universitas Airlangga, Universitas Katolik Widya Mandala, Universitas Brawijaya, Rumah Sakit Anwar Medika, dan puluhan industri medis lain. Seminar bertempat di Gedung Perpustakaan lt.5, Kampus II Ubaya Tenggilis. Acara dihadiri oleh Dr. Dra. Farida Suhud, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Ubaya, Drs. Adi Suroso, M.Farm, Apt selaku Ketua Hisfarin,M. Si Dr. Abdul Rahem, M.Kes, Apt selaku Ketua Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Timur (PD IAI Jatim).
Adi Suroso mengatakan pelaksanaan kegiatan ini mengambil tema implementasi QR code, yaitu semua produk baik kosmetik, obat tradisional, dan obat harus mengimplementasikan QR code. “Kosmetik dan obat tradisional itu cukup identifikasi. Tetapi kalau obat lebih detail lagi yang namanya autentifikasi,” ujarnya. Menurut Adi Suroso, identifikasi dan autentifikasi memiliki tujuan agar pelanggan dapat secara langsung melihat siapa yang memproduksi dan kapan tanggal expirednya. “QR code dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), jadi izin produk ada di dalam QR codenya,” tuturnya
Pengambilan tema ini bertujuan agar implementasi 2D barcode lebih dikenal oleh banyak orang. “Ini sedang tren dan sudah disosialisasikan oleh Badan POM tapi tidak semua orang paham. Jadi kita ambil tema ini supaya teman-teman dari industri, baik kosmetik maupun industri farmasi supaya lebih paham cara implementasinya dan segalanya,” ujar Adi.Ia pun menjelaskan bahwa QR Code ini akan membuat identifikasi obat lebih efisien karena mengandung informasi mengenai expiry date dari obat tersebut.
Farida turut menyampaikan bahwa implementasi 2D barcode merupakan hal yang baru. “Waktu saya kuliah pun tidak ada, kenapa sekarang ada? Kita sekarang sudah era industri 4.0.Mau tidak mau, suka tidak suka harus berubah,” tegasnya. Beliau mengapresiasi keberadaan QR Code, sebab barcode dua deminsi ini akan efektif dan efisien bagi praktisi yang berkecimpung. “Efektif dan efisien terkait dengan keamanan dan segala macamnya,” tuturnya.
Menurut Abdul, pengimplementasian studi barcode memiliki banyak tujuan, baik dalam masyarakat maupun industri. “Kalau Hisfarin mengimplementasikan studi barcode ini mungkin akan mengurangi atau bahkan tidak ada lagi masyarakat yang bisa mengonsumi obat ilegal karena dengan barcode itu langsung terdeteksi,” ujar Abdul. Baginya implementasi ini juga baik untuk industri produsen obat, sebab kedepan tidak akan ada lagi tuduhan bahwa obatnya dipalsu oleh pihak lain. “Karena dengan barcode ini akan jelas siapa yang produksi,” tutupnya. (RE4, jr)