Student Camp NUNI 2019: Latih 60 Mahasiswa Lihat Permasalahan dan Berikan Solusi hayuning October 25, 2019

Student Camp NUNI 2019: Latih 60 Mahasiswa Lihat Permasalahan dan Berikan Solusi

Hard-skill dan Soft-skill adalah hal yang penting dimiliki dalam dunia kerja. Kuliah adalah tempat yang bisa mengembangkan tidak hanya hard-skill, namun juga soft-skill. Melalui pembalajaran di kelas dan interaksi kita dengan dosen, kita melatih hard-skill. Melalui ragam aktivitas kemahasiswaan, soft-skill kita terlatih. Students Camp 2019 adalah salah satu contohnya. Students Camp 2019 kali ini diusung oleh Nationwide University Network in Indonesia (NUNI) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Universitas Surabaya (Ubaya) sebagai member dari NUNI, turut mengirimkan tiga perwakilannya, dari Fakultas Kedokteran angkatan 2017 bernama Rani dan Citra. Sedangkan Prilly dari Fakultas Teknik angkatan 2016. Mereka bertiga berproses selama hari, tertanggal 2-4 Oktober 2019. Selama disana, mereka mendengarkan pemaparan materi dan melaksanakan berbagai aktivitas.
Hari pertama, mereka sampai di UMM untuk mendengarkan keynote speech dari Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P. selaku Direktur Pembelajaran Ristek Dikti. Beliau memberikan materi mengenai skill-skill yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa. “Mahasiswa harus bisa berkomunikasi dan berkolaborasi, dengan mengedepankan sikap berpikir kritis dan kreatif,” tukasnya kepada seluruh perwakilan 20 Universitas yang turut hadir. Ia pun menjelaskan bahwa skill-skill yang akan didapatkan di acara ini akan mampu diterapkan dalam dunia 4.0 kedepan.
Selama tiga hari, total 60 orang yang berpartisipasi (3 dari masing-masing Universitas) akan dibagi menjadi tiga tim, tercampur baur tanpa memandang latar belakang apapun. Seluruh perwakilan ini akan mengikuti praktek live-in di Desa Beji dan diminta untuk terjun langsung ke tiga industri binaan warga. Tiga tempat tersebut adalah Industri Tempe Kedelai, Industri Keripik Tempe, dan Industri Tahu. Mereka dibagi dan dimina untuk mampu menyelesaikan permasalahan warga setempat. Tim sebanyak 20 orang setiap industri ini dibagi menjadi tim-tim kecil yang masuk ke rumah warga. Prilly, selaku salah satu perwakilan Ubaya, membagikan pengalamannya ketika berada di usaha produksi Tempe Kedelai milik Ibu Siti.
“Kami tinggal di rumah seorang warga, dan kami mengikuti semua proses disana,” tukasnya semangat. Ia pun membagikan pengalamannya harus bangun jam 4 pagi untuk ke pasar, mencuci dan mengolah kedelai hingga menghasilkan tempe. Berbekal dari pengalaman itulah, Prilly dengan 3 anggota tim lain diminta untuk menganalisis permasalahan yang ada di tempat tersebut serta memberikan solusi. Permasalahan yang diangkat adalah penggunaan air yang berlebih, sehingga Prilly dan tim nya pun merancang sebuah alat yang mampu menghemat penggunaan air dengan memodifikasi alur pengerjaan industri tersebut.
Prilly merasa bahwa pengalaman NUNI adalah hal yang sangat berharga. “Pengalaman yang tidak bisa didapatkan di lain tempat, penerapan ilmu dan relasi multidisiplin lintas Universitas,” tukasnya. Ia pun berhasil merefleksikan pengalaman yang Ia dapat, bahwa kuliah tanpa aktivitas soft-skill saja tidak cukup. “Melihat permasalahan dan memberikan solusi dalam waktu singkat adalah tantangan yang seru,” tutupnya. (sml)