Selasa (24/9) Fakultas Farmasi (FF) Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan kuliah tamu khusus Pendidikan Profesi Apoteker. Acara kuliah tamu dengan tajuk: ‘Peran IAI dalam Peningkatan Pendidikan Apoteker’ ini menghadirkan Noffendri Roestam, S.Si., Apt. selaku Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Kali ini, Noffendri secara khusus memberikan insight mengenai peran IAI dalam perkembangan Ilmu Kefarmasian di Indonesia, terkhususnya kaitannya dengan ranah Profesi Apoteker. Noffendri berbicara di depan 300 mahasiswa Program Apoteker angkatan 57 dan 58 yang ada di Gedung Perpustakan lantai 5 Universitas Surabaya. Acara ini dihadiri oleh Dr. Dra. Farida Suhud, M.Si., Apt., selaku Dekan FF Ubaya.
‘Banyak alumnus Ubaya menjadi pengurus IAI,’ tukas Noffendri. Ia menjelaskan bahwa bergabung dan turut menjadi badan pengurus adalah tanggung jawab sosial seseorang yang mengambil profesi Apoteker. Noffendri pun juga membahas masalah atau dilema yang sempat muncul di kalangan Farmasis Indonesia, salah satunya adalah perbedaan jalur antara Akademisi (ilmuwan Farmasi) ataupun Profesi (Apoteker). ‘Empat tahun studi sebagai analis obat (ilmuwan Farmasi), lalu saat mengambil jalur Profesi Apoteker, kita langsung dilatih untuk menjadi pelayan masyarakat dengna waktu yang terbatas,’ jelasnya lagi. Noffendri menuturkan hal ini yang sempat memunculkan polemik beberapa tahun silam, dimana banyak Apoteker yang susah praktek.
Kesadaran ini didasari oleh riset Prof. Colin Chapman yang pertama kali mempopulerkan istilah ‘disconnect’ dalam konteks Keilmuan Farmasi dan Profesi Apoteker. Namun semua ini mulai dibenahi beberapa tahun terakhir. ‘Sekitar 5 tahun terakhir ini mulai ada tokoh-tokoh Apoteker yang menjadi pelayan masyarakat, dan ini menjadi contoh untuk kita semua,’ jelasnya lagi. Farida, selaku Dekan Fakultas Farmasi menganggap diskusi hal ini sangat penting. ‘Terima kasih bagi peserta yang hadir, penting sekali karena materi ini bisa memberi pencerahan terkait apoteker kepada teman-teman,’ tukasnya. (sml)
