Pengabdian masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan bagi Universitas Surabaya. Hal ini dibuktikan dari inovasi yang diberikan oleh civitas akademika Ubaya dengan cara mengedepankan kesejahteraan masyarakat sekitar. Prita Ayu Kusumawardhany, S.E., M.M.,dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya adalah salah satunya. Ia menjadi Ketua pemenang Hibah Produk Unggulan Daerah untuk Desa Selotapak, Trawas. Aktivitas yang dilakukan berorientasi pada Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah hasil hibah dari Kementistekdikti yang diranjang untuk tahun 2019-2021, dengan mengusung potensi besar desa Selotapak dalam membudidayakan tanaman Angelica Keiskei atau Ashitaba. Umumnya juga dikenal sebagai seledri Jepang yang penuh khasiat mengobati penyakit serius seperti: Tumor, Diabetes, dan Jantung.
“Tepatnya tahun 2002, peneliti dari Jepang berkunjung ke Indonesia dan melihat ada potensi besar di daerah Trawas, utamanya Desa Selotapak, di lereng gunung Welirang,” tutur Prita. Prita mengaku bahwa tanaman Ashitaba yang dibudidayakan di daerah Trawas ini memiliki hasil yang sangat baik. Iklim dan struktur tanah yang ada di desa Selotapak sangat sesuai untuk perkembangan tanaman Ashitaba ini. “Demandnya luar biasa, pasar ekspor terbesar ada di Amerika Filipina, Jepang, Korea. Dengan adanya demand yang besar dan supply yang cukup sedikit, maka besar peluang untuk masuk di pasar tersebut,” jelasnya. Trawas (utamanya Selotapak) memiliki kemungkinan menjadi satu-satunya daerah yang mampu memproduksi Ashitaba dengan kualitas terbaik di Indonesia, bahkan di Dunia.
Bersama anggaota tim lainnya yaitu Dr. Hazrul Iswandi S.Si.,M.Si, M.E. Lanny KusumaWidjaja, S.E.,M.M.,CBC dan Ardhia Deasy Rosita Dewi, S,TP.,M.Sc, Prita melihat peluang tersebut, dan ingin menggencarkan Ashitaba sebagai salah satu Produk Unggulan Daerah. Salah satu strategi yang ia tawarkan adalah sosialisasi untuk menyatukan serikat tani. “Petani di Selotapak perlu tahu bahwa Trawas memiliki produk yang diunggulkan hingga mancanegara,” tambahnya. Dari peluang ini, maka Prita dan tim memprakarsai terbentuknya Ashitaba Farmer Community tanggal 10 Agustus 2019 silam. Serikat petani Ashitaba daerah Selotapak ini akan berfokus pada pencarian best practices proses penanaman Ashitaba. Ashitaba Farmer Community ini diketuai oleh petani Selotapak sendiri, dari petani untuk petani. “Peluang besar ini sejalan dengan program pemerintah. Budidaya Ashitaba (tanaman obat) yang baik bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri, sehingga otomatis petani akan disejahterakan,” tutupnya. (sml)