“Teknologi tidak memberikan nilai tambah apapun. Wirausahawan-lah yang melahirkan nilai dengan memanfaatkan teknologi,” tutur Prof. Wim Vanhaverbeke pada seminar “Digital Entrepreneurship” yang diadakan oleh Leadership Club Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya Senin, 12 Agustus lalu di Auditorium Pascasarjana Kampus Tenggilis Ubaya.
Guru besar di Surrey Business School dan ESADE Business School tersebut turut menekankan perlunya ekosistem yang mendorong inovasi. Beliau mencontohkan maskapai penerbangan Belanda KLM yang bekerja sama dengan North Sea Group dan Spring Associates untuk mendirikan SkyNRG, konsorsium yang bertujuan untuk melahirkan pasar bahan bakar pesawat yang berkesinambungan dan bebas dari fluktuasi harga minyak di pasar dunia.
Namun kerja sama antarpihak dengan keahlian yang berbeda tersebut bukannya bebas dari gesekan. Agar kerja sama dapat berhasil, Prof. Wim mencontohkan strategi yang dilakukan oleh perusahaan Belgia Curana dalam menjalankan kerja samanya seperti komunikasi terbuka, evaluasi bersama, pembukuan yang terbuka agar para pihak saling memahami masalah yang dihadapi, dan membuat aturan yang jelas terkait ketidakpatuhan dalam bekerja sama. “Pelajari ekosistem, kalau tidak bisa bersaing secara langsung, pengaruhi lingkaran ekosistemnya,” papar Prof Wim.
Prof. Wim turut mengajak para hadirin yang tertarik untuk mendalami gagasan inovasi terbuka untuk bergabung dalam grup Facebook dan LinkedIn bernama “Open Innovation” di mana mereka bisa berinteraksi langsung dengan peneliti-peneliti di bidang inovasi terbuka.
Menurut panitia seminar Rubianto Hugeng, “Facebook awalnya dikembangkan untuk reuni tetapi seiring perkembangannya kini memiliki valuasi Rp400 triliun.” Rubianto berharap dengan adanya seminar ini para wirausahawan turut terpacu untuk terus melakukan inovasi bagi usaha mereka. Seminar ditutup dengan pemberian blangkon yang diserahkan langsung oleh Kaprodi Magister Manajemen Dr. Werner Ria Murhadi, S.E., M.M., C.S.A. (brm)
