SURABAYA – Aplikasi digital payment yang semakin banyak jenisnya menguntungkan pelanggan. Sebab, mereka berlomba-lomba memberikan cashback yang lebih besar. Mulai 10, 20, 30, hingga 50 persen. Sebagian orang memilih mengunduh semua aplikasi yang ada, lantas menggunakannya sesuai kepentingan. ‘Mbak, yang cashback-nya gede OVO atau Go-Pay.’ Begitu kira-kira kalimat yang paling sering dikeluarkan di hadapan kasir.
Hal itu diceritakan Adelia Ramadhani ketika ditemui kemarin. Perempuan 22 tahun tersebut mengaku punya banyak aplikasi di ponselnya. Misalnya, OVO, Go-Pya, dan Dana. Dia tidak mengunduh LinkAja karena operator nomor HP-nya tidak mendukung. ‘Bergantung mana yang cashback-nya lebih besar. Tapi, kalau besarnya sama, biasanya aku bakal milih yang top up-nya nggak kena charge,’ terangnya.
Dengan banyaknya digital payment, dia mengaku semakin dimudahkan saat bertransaksi apa pun. ‘Sekarang aku kalau bayar listrik, beli token, beli pulsa, bayar Tokopedia, bayar Bukalapak, ya lewat OVO kalau nggak Go-Pay. Kalau Dana, biasanya cuman buat beli tiket nonton,’ jelasnya.
Biasanya, Adel tidak menyimpan dana di aplikasi pembayarannya. ‘Lihat dulu mana yang diskonnya lebih gede. Terus baru top up,’ akunya.
Dari pembayaran-pembayaran yang praktis tersebut, Adel mengaku mendapatkan banyak sekali cashback. Baik itu berupa saldo ataupun poin. Di awal bulan, setelah melakukan pembayaran bulanan seperti listrik, air, dan lain-lain, dia mendapatkan cashback cukup banyak. ‘Sekitar seminggu kalau nggak salah, aku udah ngumpulin poin cash-back Rp 400 ribuan,’ tuturnya.
Jumlah poin yang lumayan dimanfaatkan dengan baik oleh perempuan kelahiran 10 Januari 1997 itu. Dia mencari toko offline yang pembayarannya bisa menggunakan poin tersebut. ‘Pas aku tanya mbak-mbak yang jaga ternyata bisa dong. Ya udah, dari cashback yang berupa poin itu, aku dapat satu baju,’ ceritanya.
Fenomena cashless membuat Adel sangat jarang menarik uang dari ATM lagi. ‘Aku biasanya cuman ambil Rp 100 ribu buat jaga-jaga. Kayak buat bayar parkir atau tambal ban gitu. Itu pun biasanya Rp 100 ribu cash itu bisa buat sampai tiga harian,’ sambungnya. Bahkan, pernah saat tidak membawa kartu ATM, dia mengaku hanya men-download sebuah aplikasi bernama Sakuku untuk bisa mengambil uang.
‘Jadi, aku tinggal scan barcode yang ada di HP, terus bisa deh ambil uang,’ imbuhnya. Dari situ, alumnus Bisnis Internasional Ubaya tersebut mengaku lebih berat jika lupa membawa HP daripada dompetnya. ‘Karena cuma pakai HP itu kayak udah merasa aman gitu,’ tandasnya. (ama/c22/any)
Jawa Pos, 18 Juli 2019.