Risk, Hazards, Exposure, dan Vulnerability Gempa Lombok hayuning July 18, 2019

Risk, Hazards, Exposure, dan Vulnerability Gempa Lombok

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Pada tanggal 29 Juli 2019 merupakan satu tahun terjadinya gempa di Nusa Tenggara Barat atau yang lebih dikenal dengan gempa Lombok. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari gempa Lombok terutama kesiapan dalam menghadapi bencana sebagai konsekuensi kita tinggal di Indonesia yang dilingkupi cincin api dan lempeng tektonik sehingga memiliki hazards tinggi bencana gempa vulkanik dan tektonik.

Gempa Lombok yang terjadi pada tanggal 29 Juli 2018 merupakan gempa besar dengan kekuatan gempa 6,4 SR. Mengacu pada kriteria skala Richter, maka gempa Lombok dengan kekuatan 6,4 SR termasuk gempa destruktif yang berpotensi menimbulkan kerusakan cukup parah. Data gempa bumi Lombok pada awal gempa juga tercatat pada VII MMI (Modified Mercalli Intensity).

Gempa yang terjadi pada hari Minggu tanggal 29 Juli 2018 dengan kekuatan 6,4 SR kemudian diikuti dengan gempa susulan dengan rincian sekitar 4,9 SR, 4,8 SR, 5,3 SR, dan kemudian 4,8 SR yang masih terjadi di tanggal 29 Juli 2018. Gempa yang terjadi pada tanggal 29 Juli 2018 masih belum dapat dipastikan sebagai foreshockatau main shock. Pada tanggal 5 Agustus 2018 pada hari Minggu masih terjadi kembali gempa bumi dengan kekuatan yang lebih besar yaitu 7 SR. Setelah gempa tanggal 5 Agustus 2018 masih terjadi gempa susulan kembali yang skalanya tidak lebih dari 7 SR yang kemudian dapat dikategorikan menjadi gempa aftershock. Gempa bumi Lombok termasuk gempa bumi Tipe II, yaitu gempa bumi yang terdapat gempa bumi utama, diawali dengan gempa pertama, dan diikuti dengan gempa susulan

Berikutcatatan dampak gempa Lombok yang dihimpun dari berbagai sumber.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) yang disampaikan Sutopo Purwo Nugroho (2018) jumlah korban meninggal sebanyak 436 orang, dan kerugian ekonomi lebih dari 5.04 Trilyun Rupiah. Sebaran data jumlah korban meninggal dunia sebagai berikut di Kabupaten Lombok Utara 374 orang, Lombok Barat 37 orang, Kota Mataram 9 orang, Lombok Timur 12 orang, Lombok Tengah 2 orang dan Kota Denpasar 2 orang. Jumlah korban luka-luka sebanyak 1,353 orang (783 luka berat 570 luka ringan). Jumlah pengungsi sebanyak 352.793 orang dengan rincian Kabupaten Lombok Utara 137.182 orang, Lombok Barat 118.818 orang, Lombok Timur 78.368 orang, dan Kota Mataram 18.368 orang.

Dampak psikologis yang ditimbulkan dari catatan penulis selama proses penanganan di beberapa titik pengungsian sebagai berikut. Dampak bagi orang dewasa mengalami ketidaknyamanan secara psikologis yang tinggi yang ditandai gelisah, tidak tenang, putus asa, tertekan, merasa tidak berdaya dan merasa diri tidak berguna.Pikiran adanya gempa susulan, sulit berkonsentrasi saat bekerjaperasaan cemas, takut suara keras dan getaran, perilaku tidak berani berada di dalam ruangan, tidur di luar rumah, makin waspada apabila malam tiba. Dampak pada anak-anak, perilaku menjadi lebih kasar, murung/pendiam, perubahan pola makan, sulit tidur. mudah marah, menolak bermain, dan takut masuk rumah atau bangunan.

Bencana dapat menyebabkan risiko seperti kematian, luka, kerusakan infrastruktur, kerusakan lingkungan, kehilangan mata pencaharian, perubahan kondisi keluarga, human trafficking, dan risiko yang lainnya. Besar kecilnya risiko tergantung pada hazards, exposure, dan vulnerability.

Hazardsadalah ancaman potensi mengalami bencana yang dapat berdampak pada korban jiwa, cidera, atau kehilangan/kerusakan materi. Exposureadalah paparan mengalami bencana tergantung pada besar kecilnya paparan dan durasi paparan. Vulnerabilityadalah kondisi kerentanan yang disebabkan faktor fisik, sosial, ekonomi, psikologi, dan sebagainya yang berkaitan dengan hazards.

Lombok (Nusa Tenggara Barat) termasuk wilayah di Indonesia dengan hazardsyang tinggi terkait gempa bumi. Letak Pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat) berada di lempeng Pasifik. Lempeng Pasifik merupakan lempeng tektonik yang paling aktif saat terjadinya gerhana bulan total. Lempeng Pasifik paling aktif dibandingkan dua lempeng yang lain yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya gempa yang terjadi sepanjang lempeng.

Berdasarkan analisis riskmaka dapat dipetakan komponen hazards, exposure, dan vulnerabilitysebagai berikut.

  • Hazards: Tinggi

  • Vulnerability: Pendidikan dan kapasitas masyarakat dalam siaga dan menghadapi bencana kurang

  • Exposure: gempa besar dan kecil terus terjadi sepanjang bulan Juli, Agustus, September, dan masih berlanjut hingga Oktober 2018.

Berikut digambarkan rincian analisis risk berdasarkan hazards, exposure, dan vulnerability

Kombinasi antara ancaman terjadinya bencana gempa bumi (hazards) dan ditunjang dengan kerentanan masyarakat yang kurang siap dalam menghadapi bencana gempa bumi dan bangunan yang tidak disiapkan tahan gempa dapat berdampak pada kerusakan yang tinggi baik secara fisik, psikologis, sosial, budaya, ekonomi, spiritual/religius. Dengan demikian perlu adanya mitigasi bencana dalam pengurangan risiko bencana gempa bumi untuk meningkatkan kapasitas individu atau komunitas dalam menghadapi bencana gempa bumi.