Kearifan dan Budaya Lokal Kunci Pengembangan Bisnis fadjar May 28, 2019

Kearifan dan Budaya Lokal Kunci Pengembangan Bisnis

“Saya merasa beruntung bisa membaca komik wayang,” tutur Is Yuniarto, komikus Garudayana yang dirilis pada tahun 2006 silam dalam talkshow bertajuk “Semar Ngopi Bareng Gatotkaca” pada 17 Mei 2019 di Perpustakaan Ubaya Tenggilis. Sejak dasawarsa 1990-an tidak ada komik wayang yang terbit sehingga dia melihat peluang yang ada dan mengembangkan hasil dari lomba yang diikutinya.

“Komik bukan seni murni tapi disesuaikan untuk audiensnya,” jelas Is. Sedari kecil dia juga membaca berbagai manga dan komik Belgia “Tintin”. Menurutnya, berbagai karya yang sudah ada terus memengaruhi karya-karya berikutnya. “Tidak ada sesuatu yang original di bawah matahari,” tambahnya. Garudayana berhasil menjadi salah satu komik Indonesia pertama yang dilisensi di Jepang.

Selain mengembangkan Garudayana, Is juga dikenal berkat wayang Avengers-nya. Awalnya dia membuat wayang Star Warsyang terinspirasi dari pengembangan karya Garudayana dengan perpaduan unsur modern dan tradisional. Karyanya tersebut diperhatikan oleh Disney Indonesia yang kemudian diajak ikut pameran di Singapura meski awalnya sempat berpikir bahwa dia akan digugat.

Menimbang penuturan Is, Prof. Drs.ec. Wibisono Hardjopranoto, M.S. berpandangan, “Kita bisa bangkit karena mengembangkan pariwisata. Seni adalah modal yang sangat berharga.” Hal inilah yang mendorong beliau untuk memperjuangkan pendirian Fakultas Industri Kreatif saat menjabat sebagai rektor Ubaya dulunya. Menurut beliau lagi, kreativitas dan kewirausahaan adalah kunci untuk mengembangkan seni dan pariwisata lokal dan inilah tantangan terbesar saat ini.

Is menambahkan bahwa industri animasi di Indonesia belum berkesinambungan dan kita perlu belajar bagaimana industri tersebut terintegrasi dalam perekonomian nasional Jepang. Menurutnya, karya-karya animasi di Indonesia saat ini masih muncul sesekali saja. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bisnis yang bisa dilirik para wirausahawan muda. Prof. Wibisono menutup acara dengan persembahan kisah wayang dalam bahasa Jawa yang dipelajarinya di tahun 1960-an. (brm)