Pelaku Berkarakter Agresif fadjar April 10, 2019

Pelaku Berkarakter Agresif

Oleh YUSTI PROBOWATI
Guru Besar Psikologi Forensik Ubaya

KASUS pembunuhan selalu memiliki motif yang beragam. Di antaranya, dendam, ekonomi, dan percintaan.

Berdasar kasus pembunuhan yang saya tangani di Indonesia, mayoritas dipicu dendam. Bukan tanpa alasan. Bahkan, si korban dan pelaku masih memiliki hu- bungan. Entah teman, pasangan, maupun keluarga.

Sedangkan untuk kasus pembunuhan yang menimpa Budi Hartanto, perlu dilakukan penyelidikan dengan lebih teliti. Termasuk dari orang-orang yang pernah berhubungan dengan korban. Misalnya orang-orang terdekat. Tujuannya, mengetahui motif paling besar dari si pelaku.

Jika melihat pembunuhan tersebut dilakukan dengan cara mutilasi, yakni bagian tubuh korban dipotong hingga dimasukkan ke koper, itu upaya pelaku menghilangkan jejak. Sebenarnya, dari setiap kasus kriminal, pasti ada persoalan psikologis. Baik pencurian, pembunuhan, perampokan, maupun pemerkosaan.

Hanya, permasalahan psikologis itu masuk kategori yang mana. Apakah psikopat, antisosial atau yang lain? Untuk menentukan permasalahan psikologis tersebut, harus ada pengkajian atas kasus itu dengan lebih dalam. Namun, yang pasti, untuk kasus pembunuhan dengan mutilasi di Blitar, si pelaku memiliki karakteristik agresi.

Saya melihat, beberapa karakteristik dari kasus pembunuhan memiliki emosi. Mungkin karena marah dan dendam antara pelaku dan korban. Respons marah seseorang berbeda-beda. Ada yang marah dengan diam saja. Ada marah, tetapi menunjukkannya dengan verbal. Ada juga yang marah dengan cara menyerang secara fisik.

Dinamika kejadian pembunuhan selalu seperti itu. Ada pemicu yang membuat marah, melakukan agresi, kemudian membunuh. Pengelolaan emosi yang tidak bagus membuat si pelaku memilih membunuh. Pe nyebab marah itu yang harus dicari.

Kasus seperti itu juga bisa membuka mata banyak orang akan pentingnya berinteraksi dengan anggota keluarga. Harus ada keterbukaan antaranggota keluarga. Jadi, keluarga tahu aktivitas sehari-hari yang dilakukan anak.

Sepanjang pengalaman saya menangani kasus pembunuhan seperti itu, rasanya ada hubungan antara pelaku dan korban. Ba nyak hal yang membuat orang dendam.
Bisa jadi antarteman terjadi konflik. Kadang penyebab nya tidak masuk akal sehingga membuat seseorang melakukan agresi. Timbul marah, dendam, kemudian melampiaskan emosi dengan agresi.

Menurut saya, orang yang melakukan tindak kriminal adalah orang yang memiliki gangguan psikologis. Juga, setiap pembunuh punya karakteristik agresi yang dapat menyerang orang lain. Karakteristik agresi muncul bia sanya karena lingkungan terdekat. Salah satunya keluarga. Misalnya, sejak kecil di lingkungan keluar ganya sering terjadi kekerasan fisik. Anak pun belajar bahwa menyelesaikan masalah itu menggunakan cara agresi. Namun, karakteristik agresi juga bisa di bentuk dari lingkungan bermain atau kelompok.

Saya melihat, saat ini semakin banyak orang yang memiliki karakteristik agresi. Belum lagi, banyak yang mengajarkan kekerasan seperti film, game, dan lainnya. Bahkan, saat ini juga mulai banyak pelaku pembunuhan yang masih anak-anak. Mereka belajar mencari solusi permasalahan dengan kekerasan. (disarikan dari wawancara/ayu/c11/git)

Jawa Pos, 5 April 2019