Kenalkan Profesi dan Sosialisasi fadjar March 27, 2019

Kenalkan Profesi dan Sosialisasi

UMUMNYA, orang tua yang sama-sama bekerja akan putar otak mencari cara menjaga anaknya. Ada yang memilih menitipkannya ke nenek atau saudara hingga menyewa jasa babysitter atau menitipkannya di daycare. Namun, tidak sedikit pula yang membawa anak mereka ke tempat kerja. Misalnya, yang dilakukan Kezia Delarosa, karyawan swasta asal Surabaya.

Perempuan yang bekerja di perusahaan properti itu kerap mengajak anak pertamanya, Elouis, 3, ke kantor setidaknya sekali dalam sepekan. ‘Karena nggak pakai babysitter, jadi Lui (sapaan akrab Elouis) dan Luna (anak kedua Kezia, Red) sama aku terus,’ ungkap Kezia.

Pekerjaan Kezia memang cukup fleksibel. Dia kerap terjun ke lapangan untuk melakukan survei dan gathering. Nah, pada saat seperti itu, biasanya Lui lebih sering ikut. Dari sisi psikologis, ada dampak positif dan negatif dari membawa anak ke tempat kerja. Orang tua mau pun anak merasa lebih
aman. ‘Sebab, si anak dekat dengan ibu atau ayahnya sepanjang waku. Orang tua juga bisa mengawasi langsung kegiatan anak,’ kata Adelia Kesumaningsari SPsi MSc, dosen psikologi perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Rasa aman itu akan semakin bertambah jika tempat kerja orang tua memberikan rasa yang sama. Rekan kerja mama atau papa di kantor ramah dan menyambut si
kecil dengan hangat. Juga, didukung fasilitas yang nyaman dan aman bagi anak dalam aktivitasnya.

Selain itu, membawa anak ke tempat kerja akan mengajari mereka tentang pekerjaan orang tuanya. ‘Satu pengetahuan baru bagi anak tentang konsep bekerja. Mereka jadi tahu, ’Oh, ternyata ini yang dilakukan mama sama papa’,’ ungkap Adelia.

Dengan begitu, mereka juga bisa melihat gambaran masa depannya. Orang tua juga bisa mulai mengenalkan aspirasi karir dan ragam profesi kepada anak-anak sejak usia dini.

Manfaat lain adalah melatih kemampuan anak dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan dunia luar. Saat di tempat kerja, anak akan bertemu dengan banyak orang yang bukan keluarganya. ‘Ada proses kenalan, menyapa orang baru,’ ujar Adelia. Anak pun diharapkan bisa menjadi lebih berani serta mandiri.

Hal itu cukup dirasakan Kezia. Beberapa kali diajak ke kantor, Elouis sudah terbiasa mandiri. Meski awalnya sempat rewel, kini dia tak canggung lagi saat bertemu rekan kantor Kezia. ‘Teman kantor ada yang bawa anak juga. Jadi, Lui bisa punya temen baru juga,’ ujarnya. Namun, tetap ada sisi negatifnya.

Terlebih kalau usia buah hati masih terlalu kecil. Mereka membutuhkan ruang yang lebih besar untuk aktivitas yang membuatnya senang. Untuk tidur siang, misalnya. ‘Nggak heran kalau mereka stres dan suka merengek minta pulang,’ ucap Adelia. Kalau sudah begitu, produktivitas orang tua juga cenderung menurun. Fokus pun terpecah. Akhirnya, kehadiran anak justru mengganggu atmosfer kantor.

Ke depan, dia berharap semakin banyak tempat kerja yang ramah anak. Tersedia fasilitas playground, ruang laktasi, dan bahkan tempat penitipan di kantor. ‘Generasi milenial ini kan penginnya worklife balance. Fasilitas seperti itu akan sangat membantu,’ jelasnya. (adn/c5/jan)

Jawa Pos, 22 Maret 2019