Bermula dari Surat Curhat di Kursi Gereja fadjar February 11, 2019

Bermula dari Surat Curhat di Kursi Gereja

Ilmu grafologi ada sejak lama. Namun, peminatnya tidak banyak. Di Surabaya hanya ada beberapa orang yang memiliki sertifi kat seorang handwriting analyst. Salah satunya Joshua Ahuluheluw.

R. AUFAR DHANI H.

‘KALAU Anda ini tipe orang pemikir. Tapi, selalu ragu-ragu ketika menentukan pilihan. Waktu menjadi musuh Anda,’ kata Joshua kepada salah satu konsumennya, Wawan. Kepribadian negatif dan positif orang itu disebutkan satu per satu. Bisa dibilang, cerminan tingkah lakunya bisa dibaca dengan sangat baik oleh Joshua. Tidak ada yang terlewat. Wawan pun cuma bisa mengangguk.

Membenarkan. ‘Terus yok opo, Mas, solusine?’ tanya Wawan. Joshua kemudian memberikan sejumlah tip kepada Wawan untuk lebih bisa memperbaiki diri. Salah satunya berlatih lebih menghargai waktu. Juga, melawan suntuk yang biasa menghampirinya setelah beberapa lama bekerja.

‘Tiap harinya ya seperti ini,’ kata Joshua. ‘Sering ada yang sampai curhat berjam-jam,’ tambah warga Jalan Baruk Utara tersebut. Menjadi seorang grafolog hingga men da pat kan sertifikat handwriting analyst setelah lulus dari Sekolah Internasional Karohs tidak mudah. Banyak yang memandang rendah ilmu tersebut. Misalnya, hanya dianggap peramal spekulatif.

Namun, Joshua cuek saja. Pria 24 tahun itu menyukai dunia tersebut sejak 2013. Tepatnya saat dia masih kuliah semester satu. Semua bermula ketika dia menerima surat dari ibunya.

‘Saya dapatnya di gereja. Ketika itu ibu saya meletakkan surat tersebut begitu saja di kursi gereja,’ ucapnya.

Surat tersebut bernada sedih. Isinya seperti keluh kesah. Hal itu membuatnya penasaran. Seperti apakah kepribadian ibunya tersebut. Dia mencari, kemudian menemukan grafologi. Yakni, analisis kepribadian berdasar pola tulisan tangan seseorang.

Joshua semakin penasaran setelah tahu makna dasar grafologi. Dia memutuskan pergi ke beberapa toko buku. Yang diincar hanya yang berkaitan dengan ilmu suratan tangan. Namun, yang didapat hanya kulitnya alias terlalu umum.

Penasarannya semakin dalam. Dia melahap semua literatur, baik dari perpustakaan maupun internet. Semua dibaca. Setelah itu, dia berusaha mempraktikkan pengetahuan tersebut kepada teman-temannya. Tetapi, yang diterima justru sindiran sinis. ’ Sampai dibilang tukang ramal. Dikira ini spekulasi ngawur, padahal ada ilmunya loh,’ ungkapnya. ’ Ada yang bilang hipnotis segala,’ tambahnya, lantas tertawa.

Meski begitu, minat Joshua tidak pernah surut. Apalagi, studinya di S-1 psikologi Ubaya kerap bersinggungan dengan hal tersebut. Setelah meraih gelar sarjana pada 2017, dia kemudian melanjutkan sekolah analis tulisan tangan di Karohs International School of Handwriting Analyst, California, AS.

Dalam setahun, Joshua mampu menyelesaikan semua level untuk mendapatkan sertifikat ahli analis tulisan tangan. Yakni, level 1ndash;8. Sementara itu, teman-
temannya baru bisa lulus dalam kurun 5 tahun.

Dari situ, Joshua mendapatkan keahlian membaca tulisan tangan. Dia pun mendapatkan tawaran bekerja di beberapa perusahaan karena keilmuannya tersebut.

Bahkan, akhir Desember 2018 Joshua menjadi salah satu tim penilai integritas CPNS Kementerian PU-PR. ‘Iya, Mas. Jadi, mereka dikasih kertas kosong. Menceritakan tipe mereka itu seperti apa,’ katanya. Ada 1.600 berkas dari CPNS yang harus diteliti dalam waktu tiga hari. Karena dirasa tidak mungkin selesai, Joshua mendapat bantuan dari beberapa rekan lainnya.

Pihaknya bakal menilai integritas CPNS tersebut seperti apa dari bentuk tulisan. Meski dijelek-jelekkan, dia tetap bisa melihat. Sebab, tulisan tidak bisa dibohongi. Berbeda dengan tes psikologi. Bagi dia, grafologi lebih jujur. Kalau tes psikologi, kadang ada orang yang bisa memanipulasinya. (*/c15/ano)

Jawa Pos, 9 Feb 2019