Kolaborasi Epik di Panggung Orkestra fadjar August 31, 2018

Kolaborasi Epik di Panggung Orkestra

Perhelatan Wind from Asia POM Ubaya

SURABAYA ndash; Layar LED di gedung Suara Surabaya Center (SSC) menampilkan kekayaan dan kecantikan bentang alam Indonesia pada Selasa malam (28/8). Layar tersebut silih berganti memamerkan lautan di Maluku, Ambon, hingga Kepulauan Banda. Pemandangan apik itu diiringi kemegahan orkestra yang dimainkan langsung dalam sebuah kolaborasi epik.

Yakni, antara Hongkong Wind Ensemble (HKWE), Men in Jazz Wind Orchestra, Seraphim Music Studio, dan Psychology of Music (POM) Universitas Surabaya.
Me reka bersama-sama memainkan komposisi lagu Rasa Sayange. Di pertengahan partitur, penikmat orkestra malam itu diajak untuk ikut mengisi melodi de ngan menyanyikan bagian reff lagu tersebut. Lantunan itu kemudian disahut oleh permainan violin, cello, flute, hingga bassoon.

Itu sekaligus merupakan persembahan pemungkas pada konser bertajuk Wind from Asia yang digagas POM Ubaya. Tahun ini konser tersebut memang dihelat lebih megah jika diban dingkan dengan event serupa pada tahun sebelumnya. Salah satunya menggandeng HKWE. Winky Chau Wing Kam, music director sekaligus konduktor yang memimpin tim HKWE, malam itu tampil dengan penuh energi.

Mereka berhasil menarik perhatian penonton saat berduet dengan Louifa Lee yang membawakan singing doll. Memainkan doll’s song dari opera bertajuk Tales of Hoffmann.

Louifa masuk ke panggung dengan berjalan layaknya patung hidup. Dia mengenakan midi dress mekar dengan rambut pirang. Sebagai penyanyi seriosa, dia menjiwai lagu dalam nada-nada tinggi. Beberapa kali dia menyelipkan akting lucu. Misalnya, dia tiba-tiba berhenti menyanyi dan mematung seolah tak bernyawa. Chau selaku konduktor kemudian ikut menghentikan musik dan menghampiri Louifa untuk ”meng hidupkannya” lagi. Caranya me mutar sebuah alat yang diletakkan di punggung boneka patung itu. Seketika, Louifa kembali hidup dengan wajah yang cute dan ber binar-binar.

Penampilan itu membuat penonton tergelak dan bertepuk tangan panjang. Selain itu, HKWE memainkan beberapa melodi dari lagu-lagu klasik yang terdengar sedih serta menyayat. Di antaranya, Goodbye My Love yang pernah dipopulerkan penyanyi Teresa Teng pada 1975. (hay/c6/tia)

Tiket Sold Out pada Konser Ke-13

TIM orkestra dari POM juga menampilkan kemampuannya. Mereka memainkan partitur dari melodi yang menjadi original soundtrack game maupun film. Mulai Game of Thrones, Korobe iniki, sampai Super Mario Bros. Musik yang lebih cheerful di maksudkan untuk mengimbangi melodi-melodi lebih serius yang dimainkan HKWE. ”Biar tetap ada unsur fun, dikasih cuplikan game atau adegan filmnya supaya penonton enggak monoton ngeliat orkestranya saja,” terang Diva Averill Pratik nyo, konduktor tim orkestra POM.

Lily Sugiarto, panitia acara, menuturkan bahwa pergelaran orkestra malam itu merupakan yang ke-13 diadakan POM. Ikon Fakultas Psikologi Ubaya tersebut memang didirikan pada 13 tahun lalu. Salah satu nya menyadari bahwa musik klasik memiliki efek psikologis yang bisa membuat manusia rileks, tenang. ”Ini kali pertama diadakan di luar kampus. Anggota komunitas POM ber jumlah 85 orang. Nggak expect kalau 250 tiket bakal sold out. Ini sekaligus kado kami buat Dies Natalis Ke-35 Ubaya,” ungkapnya. (hay/c6/tia)

Jawa Pos, 30 Agustus 2018