Harapan untuk ODHA fadjar December 5, 2017

Harapan untuk ODHA

SURABAYA ndash; Fanny Laurentia dan Muhammad Rifai berteriak histeris kemarin (30/11). Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) itu depresi. Mereka ‘terjangkit’ HIV/AIDS.

Mereka sedih, kecewa, sekaligus merasa sangat menyesal. Bahkan seolah-olah ingin mengakhiri hidup. Apalagi orang-orang di sekeliling mendiskriminasi mereka.

Fanny dan Rifai tidak benar-benar mengidap HIV/AIDS. Mereka sedang menggelar teatrikal berdurasi 10 menit. Aksi yang digelar di area paving stone Fakultas Bisnis dan Ekonomi Ubaya itu menarik perhatian para mahasiswa.

Ya, teatrikal bertajuk Hate the Disease but not the Diseased (bencilah pada penyakitnya, bukan penyandangnya) itu digelar dalam rangka Hari AIDS yang diperingati hari ini. Aksi teatrikal yang menghadirkan tokoh jahat dan baik tersebut ditutup dengan flashmob.

Muhamad Bilal, ketua acara bertajuk Seribu Harapanku Untukmu tersebut, menyatakan, kegiatan itu diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fitness Ubaya. Sebagai UKM yang bergerak di bidang kesehatan, mereka peduli pada kesehatan masyarakat. Tak terkecuali orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Rangkaian kegiatan dilaksanakan selama tiga hari hingga besok (2/12). Pada hari pertama kemarin, selain aksi teatrikal dan flashmob, para mahasiswa dan segenap warga kampus menempelkan ribuan harapan terhadap ODHA di sticky notes merah muda. Lembaran kertas kecil itu ditempel membentuk pita di papan berukuran 7 x 2 meter.

‘Hari kedua, kami orasi di Taman Bung kul dan hari ketiga berinteraksi dengan anak-anak ODHA,’ katanya. ODHA memang menjadi perhatian tersendiri bagi UKM Fitness. Bilal bersama rekan-rekan sempat bertandang ke Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mahameru Surabaya yang menangani ODHA. Dia mengetahui bahwa identitas mereka ditutupi. Sebab, masih ada stigma dari masyarakat bahwa virus HIV/AIDS mudah menular.

Mereka akan menggelar orasi pengetahuan tentang HIV/AIDS kepada masyarakat. Bilal berharap masyarakat bisa berpikir positif terhadap ODHA. Tidak serta-merta mendiskriminasi dan memberikan stigma negatif. (puj/c5/nda)

Jawa Pos, 01 Des 2017