Dokter Kecil Siap Adu Skill fadjar December 5, 2017

Dokter Kecil Siap Adu Skill

SURABAYA ndash; Salah satu acara yang bakal memeriahkan Tangkis Fest Bersama Antangin JRG yang digelar pada 8ndash;10 Desember nanti adalah final Kompetisi Dokter Cilik.

Sembilan tim sekolah bakal adu wawasan dan skill menjadi dokter di Pakuwon Mall Sabtu siang (9/12). Sebelum menuju babak puncak itu, sebanyak 33 tim dari 24 sekolah harus melewati babak semifinal besok (4/12).

Semifinal bakal diadakan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya). Mereka harus mempresentasikan kegiatannya sebagai dokter cilik di hadapan juri yang terdiri atas tim Jawa Pos dan tim dokter FK Ubaya.

‘Yang dilihat pertama tentu kontennya. Apa saja yang sudah dilakukan tim dokter cilik di sekolah masing-masing,’ jelas Puspita Candra, supervisor corporate communication Jawa Pos. ‘Tapi, selain itu, kami akan menilai sisi entertainment-nya. Bagaimana tim ini mampu menyampaikan materi dengan baik dan cerdas di hadapan publik,’ lanjutnya.

Tim-tim dari sekolah pun sudah bersiap menjalani penjurian semifinal. Salah satunya tim dari SDN Gubeng 2 Surabaya. Kepala Sekolah sekaligus pengawas dokter cilik Dra Sukesi MSi mengungkapkan bahwa siswanya telah melakukan banyak kegiatan. Di antaranya memeriksa jentik-jentik di bak mandi sekolah untuk mencegah penularan penyakit oleh nyamuk. Misalnya demam berdarah. ‘Sekarang ini kan musim hujan, nyamuk jadi mudah bersarang,’ kata Sukesi.

Selain terjun langsung dalam melaksanakan kegiatannya, dokter cilik di SDN Gubeng 2 harus bisa menjadi inspirasi bagi teman-temannya. Tiap Jumat, ada kegiatan sarapan sehat bersama di sekolah. Seluruh siswa-siswi wajib membawa bekal yang minimal berisi empat sehat. Bekal tidak boleh dibungkus kertas atau plastik, tetapi ditaruh di kotak makan.

Sebelum sarapan bersama, dokter cilik berperan mengajari teman-teman dan adik kelasnya cara mencuci tangan yang baik. Mencuci tangan dan sarapan akan
membentuk pola kebiasaan baik kepada anak-anak. ‘Dimulai dari pengarahan kepada dokter cilik dulu, baru mereka tularkan ke teman-temannya. Biasanya mereka akan lebih mengerti kalau temannya yang mengajari,’ jelas Sukesi.

Mereka juga dibiasakan toga (tanaman obat keluarga). Toga ditanam dalam pot dari botol bekas air mineral. Botol diisi tanah, kemudian disusun menjadi vertical garden. ‘Cocok untuk sekolah kami yang tidak memiliki banyak space kosong. Meski kecil, toga ini bisa bermanfaat bagi seluruh penghuni sekolah,’ ucap Sukesi. (adn/c17/na)

Jawa Pos, 03 Des 2017