SURABAYA ndash; Hari Sumpah Pemuda dirayakan dengan cara berbeda di Universitas Surabaya (Ubaya) kemarin (28/10). Upacara bendera berlangsung dengan nuansa baju adat.
Dalam upacara tersebut, formasi barisan membentuk pulau-pulau di Indonesia. Upacara yang dimulai pada pukul 08.00 itu diikuti 3.300 civitas academica Ubaya. Tak hanya ada penarikan bendera Merah Putih berukuran normal. Para peserta juga membentangkan bendera raksasa. Ukurannya 50 x 12 meter.
Sebagai pembina upacara, Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung mengenakan baju adat Toraja bernuansa merah putih. Seluruh petugas upacara juga mengenakan baju ala tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR). Suasana upacarapun berbeda daripada biasanya.
Joni menyatakan bahwa ide upacara tersebut berawal dari keprihatinannya melihat kondisi belakangan ini Menurut dia, egoisme yang muncul dari beberapa golongan rawan menimbulkan perpecahan. Aksi simbolis tersebut menjadi bentuk dukungan dari Ubaya untuk memupuk semangat kebangsaan. ‘Dan pas sekali momennya saat Sumpah Pemuda,’ katanya.
Karena itu, Ubaya sengaja mengadakan upacara dengan baju adat Nusantara. Hal tersebut, ungkap dia, menjadi simbol bahwa Indonesia memang berbeda. Namun, perbedaan itu tetap menyatukan semua warga dari Sabang sampai Merauke.
Setelah upacara, masih ada keseruan yang disuguhkan setiap formasi barisan. Sebab, formasi yang terdiri atas para dosen, karyawan, dan mahasiswa itu berlomba menampilkan suguhan seni khas daerah. Misalnya, pada formasi Pulau Papua.
Kemeriahan terasa saat para peserta membawakan lagu Yamko Rambe Yamko. Ya, lagu tersebut mejadi lagu khas dari pulau di ujung timur Indonesia itu. Para peserta juga mengenakan baju adat khas Papua lengkap dengan rumbai-rumbai.
Fonny Sidik, salah seorang karyawan di Politeknik Ubaya, memimpin tampilan tersebut dengan mengenakan rok rumbai-rumbai dilengkapi topi dan hiasan tangan. Menurut dia, momen itu menjadi pengalaman anyar. ‘Demi perayaan hari ini, totalitas,’ ujarnya bersemangat.
Begitu pula Clairine Giorelva. Momen upacara dengan baju adat itu menjadi pengalaman tersendiri. Apalagi, dia juga bisa melihat beragam baju adat lain yang dikenakan teman-temannya.
Semarak perayaan Sumpah Pemuda juga terasa di Gedung Gelora Pancasila Surabaya kemarin. Sebanyak 4.000 mahasiswa dari 40 kampus negeri dan swasta di Jatim mengikuti kuliah akbar untuk melawan radikalisme. Dalam kegiatan tersebut, mereka bersama- sama menyuarakan deklarasi kebangsaan. ‘NKRI harga mati,’ serunya bersamaan.
Dalam kegiatan itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin hadir memberikan sambutan pembukaan. Dia menuturkan, para pemuda harus terus berupaya meningkatkan kualitas diri. ‘Belajar yang baik, meraih intelektualitas yang cukup, moralitas yang bagus, dan membangun negeri,’ jelasnya.
Pria asli Surabaya tersebut juga meng apresiasi panitia pelaksana kuliah akbar itu. Sebab, radikalisme harus dilawan bersama-sama. Apalagi, akhir-akhir ini banyak fenomena yang membuat miris dan berpotensi merusak persatuan.
Sementara itu, peringatan Sumpah Pemuda dimanfaatkan oleh Sayang Diagnostic Center sebagai momen pembukaan secara resmi. ‘Grand opening ini bertema Bhinneka Tunggal Ika,’ tutur Dr dr Robert Arjuna, FEAS yang membuka laboratorium medis tersebut.
Dalam kegiatan itu, Robert memilih mengangkat tema kebangsaan. Seluruh pegawai ikut memeriahkan grand opening kemarin dengan mengenakan pakaian
daerah. Bukan hanya dari laboratorium, ada pula yang berasal dari Sayang School, Apotik Sayang, dan Mitra Farmasi.
Sebanyak 68 orang naik ke atas panggung, berpasangan mengenakan baju adat dari 34 provinsi. Di atas panggung, para pemuda itu menyanyikan sejumlah lagu nasional. Antara lain, Dari Sabang sampai Merauke dan Gebyar-Gebyar. Suasananya tidak kalah meriah dengan 17 Agustus. (kik/ant/deb/c20/git)
Jawa Pos, 29 Oktober 2017