Kampanye Anti Kekerasan Seksual di SDN Ketintang 1 Surabaya fadjar October 23, 2017

Kampanye Anti Kekerasan Seksual di SDN Ketintang 1 Surabaya

Yang Dekat Belum Tentu Aman

SURABAYA ndash; Kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi isu yang seolah tidak pernah ada habisnya. Parahnya, banyak pihak yang seolah menutup mata. Berdasar hasil monitoring Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di sembilan provinsi Indonesia, 91 persen kasus kekerasan seksual terjadi di lingkungan keluarga.

Hal itu mematahkan stigma bahwa kekerasan seksual dilakukan orang asing. Sekaligus menegaskan bahwa sering kali pelaku merupakan orang-orang yang dekat dengan korban. ‘Kekerasan seksual dilakukan orang terdekat di wilayah personal, bukan wilayah publik,’ kata psikolog Dra Sri Wahyuningsih MKes dalam road show For Her Tangkis Bersama Antangin JRG di SDN Ketintang 1 Surabaya kemarin (19/10).

Wilayah personal yang dimaksud adalah lingkungan yang akrab dengan kegiatan sehari-hari anak. Misalnya, sekolah atau bahkan rumahnya. ‘Jarang terjadi
kekerasan seksual di tempat yang terbuka dan banyak orang seperti taman dan mal. Sebab, di tempat itu pelaku takut perilakunya diketahui orang lain,’ ujar perempuan yang biasa disapa Itje tersebut.

Kerap pelaku kekerasan seksual adalah orang yang dekat dengan anak. Sebab, biasanya anak akan lebih memproteksi dirinya terhadap orang asing. ‘Orang tua kan sering bilang ke anak supaya nggak bicara sembarangan dengan orang yang baru kenal,’ ungkap dosen Ubaya tersebut.

Pelaku yang sudah dikenal itu mampu membuat anak merasa nyaman. Caranya, memberikan perhatian, pujian, atau hadiah. Secara perlahan, pelaku melakukan pendekatan kecil, kemudian bertingkat menjadi perlakuan kekerasan seksual. ‘Anak itu tahunya bahwa orang yang suka memberi itu berarti orang baik. Kalau orang yang suka marah, berarti orang jahat,’ jelas Itje.

Masyarakat Indonesia mengenal istilah keluarga besar. Dalam satu rumah, sering kali tidak hanya ada ayah, bunda, dan anak. Ada pula paman, sepupu, kakak ipar, dan keluarga jauh lainnya. Kewaspadaan perlu ditingkatkan jika terdapat rentang usia yang cukup jauh antaranggota keluarga. Karena itu, Itje menekankan pentingnya memberikan pendidikan seksual sejak dini bagi anak.

Pertama bisa diawali dengan mengenalkan perbedaan anggota tubuh laki-laki dan perempuan. Caranya, mengajak anak mandi bersama hingga usianya sekitar 1,5 tahun. ‘Tapi, rasanya kok agak risi ya melakukan hal itu kepada anak?’ tanya Dian Dhahrani, salah satu orang tua murid yang hadir.

Itje menuturkan, ayah dan bunda perlu menyingkirkan rasa risi tersebut. Dia menyarankan ayah dan bunda memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami dan nada bicara datar. ‘Jangan beranggapan kalau anak-anak sudah tahu. Tidak perlu risi karena mereka justru perlu pemahaman yang benar,’ terang Itje.

Setelah itu, ayah bunda bisa mulai memberi tahu anak bagian tubuh yang hanya boleh disentuh orang tua. ‘Misalnya, yang boleh cium hanya ayah dan bunda,’ papar Itje. Anak pun tahu ba ta sannya. Jadi, jika terjadi hal yang tidak wajar oleh orang lain, anak bisa bercerita kepada orang tua. Jangan lupa ajari anak untuk melawan dengan tegas dan berteriak kalau merasa diperlakukan tidak pantas,’ tutur Itje.

Satu jam sebelum sesi orang tua berlangsung, kehebohan terjadi. Ratusan siswa-siswi kelas I dan II berkumpul menonton aksi sulap yang dibawakan Asep Saipulloh alias Kak Asep dari Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GEPPUK). Kak Asep menyulap selembar tisu menjadi uang Rp 50 ribu. ‘Punya uang segini seharusnya dibuat apa ya?’ tanya Kak Asep kepada anak-anak. ‘Nabuuuung!’ jawab anak-anak kompak. Uang itu kemudian disulap lagi menjadi uang koin Rp 500. Aksi itu disambut dengan riang oleh anak-anak. Setelah itu, mereka mendengarkan dongeng tentang Koko si ayam sok jago dari Mohammad Yusron alias Kak Ucon. Dongeng tersebut memberikan pesan kepada anak-anak untuk tidak suka menindas orang lain.

Sebelum melindungi anak dari kekerasan seksual, ayah dan bunda perlu menjaga kesehatan diri sendiri. Terlebih, saat ini sudah memasuki musim hujan. Tubuh pun rawan terkena masuk angin. Hangatkan tubuh dengan Antangin JRG yang mengandung royal jelly, jahe, ginseng, dan madu. Antangin JRG bisa dicampur dengan teh hangat. (adn/c14/ayi)

Jawa Pos, 20 Okt 2017