Tidak Asal Berbasis SKS fadjar July 27, 2017

Tidak Asal Berbasis SKS

Sekolah Harus Lolos Uji Kelayakan

SURABAYA ndash; Penerapan sistem kredit semester (SKS) di jenjang SMA membutuhkan banyak persiapan. Salah satunya kesiapan guru dalam memahami pem belajaran berbasis SKS.

Kasi Kurikulum Dikmen Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim Eka Ananda menerangkan, penggunaan SKS dalam sistem pembelajaran telah melalui seleksi dan uji kelayakan. Di Jatim, ada tim khusus yang menyeleksi pengajuan sekolah berbasis SKS. Yakni, tim pengawas dan pengendalian SKS Dispendik Jatim.

Sekolah yang mengusulkan SKS akan didampingi dan mendapat pelatihan. Jika layak, tim akan memberikan rekomendasi untuk penerbitan SK SKS. ”Kalau belum layak, sekolah akan kembali dibimbing,” jelasnya.

Keputusan dispendik yang mengontrol jumlah SMA berbasis SKS tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesiapan sekolah dalam menyelenggarakannya. Sebab, kondisinya berbeda dengan sistem reguler. ”Di SKS, peran MBS (manajemen berbasis sekolah, Red) sangat dibutuhkan,” bebernya kepada Jawa Pos kemarin (24/7).

Dalam SKS, setiap sekolah dituntut untuk membuat usaha kegiatan belajar mandiri (UKBM) bagi siswa. Setiap UKBM digunakan siswa sebagai acuan dalam menuntaskan program belajar. Siswa yang bisa merampungkan UKBM lebih cepat berhak mengambil materi pelajaran di semester berikutnya. Sementara itu, siswa yang belum tuntas menyelesaikan UKBM diberi kesempatan untuk mengulang.

UKBM disusun dengan meramu materi buku ajar dalam Kurikulum 2013 (K-13). UKBM berisi materi sekaligus soal yang harus dituntaskan siswa. Materinya bertumpu pada peningkatan kemampuan siswa secara mandiri.

Materi UKBM itu harus disusun secara sistematis. Berurutan berdasar kompetensi dan kesulitan materi. Semakin tinggi semester, materi yang diberikan harus lebih mendalam jika dibandingkan dengan materi pada semester awal.

Selain menyiapkan UKBM, guru harus dapat memfasilitasi kebutuhan seluruh siswa. Baik yang memiliki kemampuan akademik tinggi maupun rendah. ”Sebab, SKS diciptakan untuk menunjang berbagai kebutuhan siswa. Tidak hanya siswa cerdas,” tegasnya.

Saat ini SMA di Jatim yang telah menggunakan SKS berjumlah 47 sekolah. Di tingkat nasional, jumlah nya mencapai 116 sekolah. ”Saat ini ada sekitar 15 SMA yang mengajukan proses pembelajaran SKS,” terangnya.

Eka menambahkan, sejak 2014, pemerintah pusat menjembatani sekolah yang hendak menyelenggarakan pembelajaran SKS. Hal tersebut terlihat dari data pokok pendidikan (dapodik) yang menyediakan pendataan sekolah SKS secara khusus. Lulus annya tetap bisa diterima di perguruan tinggi.

Edukasi Guru dan Orang Tua Pakar psikologi pendidikan Universitas Surabaya (Ubaya) Lena Pandjaitan menerangkan, penerapan SKS di jenjang SMA tersebut dapat memengaruhi kondisi psikologis siswa. Terutama bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang. ”Ini dapat memengaruhi konsep diri siswa,” katanya.

Siswa SMA yang memasuki tahap remaja masih cukup mudah dipengaruhi pandangan dan penilaian orang lain. Kondisi tersebut bisa saja membuat siswa dengan kemampuan akademik kurang malah down. Juga berpengaruh pada motivasi belajarnya.

Untuk itu, sosialisasi mengenai sistem belajar itu perlu diberikan kepada orang tua dan guru. Termasuk mengubah mindset mereka bahwa kecepatan belajar siswa berbeda-beda. (elo/c6/nda)

Jawa Pos 25 Juli 2017